Setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan dalam diri mereka masing-masing, akan tetapi hal itu tidak berlaku untukku karena aku hanya mengetahui kekurangan yang aku miliki yaitu mempunyai bagian tubuh semampai dan hal ini membuat aku di ejek oleh sebagian teman-teman sekolah dasarku dengan panggilan Betty Boop si Introvert.
Oleh karena itu, satu hal yang sangat aku inginkan pada saat itu adalah ingin cepat-cepat memasuki sekolah menengah pertama. Melakukan pendaftaran bersistem online dan bersaing dengan menggunakan NEM (Nilai Ebtanas Murni), entah beruntung atau memang kebetulan akhirnya aku lolos pendaftaran di sekolah menengah pertama negeri yang cukup bergengsi.
Aku memang bukan sosok wanita yang cantik, bahkan aku jauh dari kata sempurna dan semua orang yang aku sukai justru memandangku dengan jijik. Namun, aku berpikir menjadi baik adalah kunci utama untuk bisa mendapatkan hati banyak orang. Sehingga walaupun aku memiliki kekurangan tersebut, tidak semua orang memandang aku dengan sebelah mata dan terbukti ketika di sekolah menengah pertama aku memiliki banyak teman dan tidak ada lagi yang memanggilku dengan sebutan Betty boop.
Naik tingkatan ke kelas dua sekolah menengah pertama, semua semakin terasa menyenangkan karena beberapa lawan jenis mulai memiliki ketertarikan padaku bahkan hingga membuat temanku Suwita meminta agar aku tidak lagi berdekatan dengan orang yang dia sukai yang juga menyukai aku. Menuruti keinginan Suwita tersebut, aku pun akhirnya menjalin hubungan dengan Azipul Umam selama beberapa bulan kemudian putus karena beberapa hal dan menemukan cinta pertamaku yang bernama Uwaiz Fardillah.
Awalnya kami hanya bersahabat, namun karena sama-sama memiliki ketertarikan akhirnya kami memutuskan untuk berpacaran hingga naik ke kelas tiga. Kembali satu kelas dengan Uwaiz, akhirnya kami berjanjian untuk bolos bersama dan berkunjung ke rumahnya ketika jam pulang sekolah usai. Namun, beberapa bulan kemudian aku memutuskan hubungan dengan Uwaiz karena terhasut omongan temanku bernama Arinda.
Entah karena kami putus atau ada alasan lainnya, Uwaiz tidak masuk selama kurang lebih hampir satu bulan. Kami pernah disatukan dalam kelompok yang sama, namun aku meminta untuk mengganti teman kelompok dan berakhir dengan temanku bernama Deren. Aku pun di ejek memiliki hubungan dengan Deren oleh seorang temanku bernama David Putra Ismaya, padahal sebenarnya David lah yang memiliki ketertarikan padaku dan kami pun akhirnya berpacaran tanpa sepengetahuan orang-orang.
"Cie, cie balikin dong bukunya Rafit Azkia, selagi ada orangnya tuh Vid" ujar teman-teman sekelas kami bersorak ramai hingga membuat pipi David merona dan aku hanya bisa terdiam memerhatikan keduanya.
"Fit, nih buku lo. Makasih ya" ujar David malu-malu, membuat seluruh kelas semakin riuh menyoraki kedua insan tersebut dan tanpa permisi air mataku tiba-tiba jatuh deras membasahi kedua pipi.
Aku cemburu!
Pasalnya hubungan aku dengan David tidak diketahui oleh siapapun, namun kami bukannya berhubungan backstreet. Hanya saja kami tidak mengumumkannya pada semua orang bahwa kami berpacaran, bagi yang mengetahuinya maka biarlah dan yang belum mengetahuinya maka cukuplah tidak perlu diberitahu.
Malam perpisahan pun tiba, aku pun dengan percaya diri melangkah memasuki aula sekolah yang sudah ramai dan di hias dengan lampu warna-warni. Mengenakan dress sabrina berwarna hitam dengan rambut tergerai sebahu dan menggunakan heels 10 centi, membuat beberapa temanku menyapa dan kami saling berbincang-bincang sebentar. Mengedarkan pandangan mencari keberadaannya, mata kami kemudian saling bertemu dan sama-sama saling tersenyum dari kejauhan.
"Capri" panggil Noval.
"Ya, kenapa?" tanyaku memutus tatapan mata dengan David.
"Bisa kita bicara sebentar?" ucapnya balik bertanya.
"Mau bicara apa?" tanyaku.
"Ikut gue sebentar" pintanya seraya menggenggam erat tanganku hingga membuat aku mengekorinya yang berjalan keluar dari aula.
"Ada apa?" tanyaku.
"Begini, gue sudah lama memperhatikan lo dari jauh. Dan ternyata gue baru menyadari kalo gue jatuh hati sama lo. Lo mau gak jadi pacar gue?" ungkapnya.
"Maaf, tapi gue gak bisa" jawabku seraya memerhatikan David yang sedang berbicara dengan teman-temannya di dalam aula.
"Lo suka dengan David?" tanyanya.
"Iya" jawabku terus terang.
"Lo harus hati-hati sama David" ujarnya membuatku mengerutkan kening.
"Kenapa?" tanyaku.
"David suka mempermainkan hati perempuan" peringatnya.
"Itu hanya gosip, Val" tepisku.
"Baiklah, kalau emang lo gak percaya sama ucapan gue. Gue harap sesuatu yang buruk tidak terjadi kepada lo seperti perempuan lainnya yang dikencani oleh David" ujarnya.
Dalam hatiku berisik bertanya tanya akan perkataan Noval. Penasaran sudah berapa banyak memangnya wanita yang David dekati. Namun sekali lagi aku menghapus pertanyaan itu.
Selesai berbicara empat mata dengan Noval dan memilih kembali masuk ke dalam aula karena acara malam perpisahan akan segera di mulai, diawali dengan acara fashion show kemudian berlanjut ke acara dansa yang berpasang-pasangan. Namun, aku memilih untuk tidak ikut berdansa karena tidak memiliki pasangan. Terlebih lagi, aku tidak menemukan keberadaan David dan teman-temannya didalam aula.
Berjalan kearah luar aula dan naik menuju ke lantai 2 tepatnya kelas 92, aku lihat lampu kelas menyala dan melihat David sedang merokok bersama teman-temannya. Begitu aku ingin menghampiri mereka, langkahku lantas terhenti karena mendengar namaku sedang menjadi topik pembicaraan mereka saat ini.
"Ini duitnya, sesuai dengan perjanjian yang udah kita buat. Lo harus segera putusin Capri malam ini juga, Vid" ujar Azipul, berhasil membuat hatiku teriris perih dan air mata jatuh membasahi pipi.
"Pegang aja gaush bayar" ujar David.
"Gila, kalian jadi taruhan?" sindir Dabe.
"Iyalah. Siapa suruh dia permainin perasaan gue. Jadi, wajarkan kalo sekarang dia dapet karmanya" ujar Azipul.