Lost in paradise

Annisa Fitrianti
Chapter #3

Broadcast WhatsApp

Terbangun karena suara adzan telah berkumandang, aku pun lantas mengambil air wudhu dan segera menunaikan ibadah solat subuh berjamaah dengan kedua orang tuaku di ruangan perpustakaan yang sudah dirubah menjadi mushola kecil. 

Bersaliman dengan kedua orang tuaku begitu selesai menunaikan ibadah solat subuh, aku pun memutuskan untuk kembali ke kamar dan mandi. Begitu selesai mandi dan berpakaian, aku pun bersiap untuk lari pagi bersama Papah mengelilingi komplek karena aku libur kerja tepat di hari sabtu ini dan minggu. 

20 menit sudah berkeliling komplek bersama Papah dan melewati gedung sekolahku waktu semasa sekolah menengah pertama (SMP), kami pun memutuskan untuk sarapan bubur ayam di pinggiran jalan yang sudah menjadi langganan sejak aku masih sekolah menengah pertama (SMP). 

"Ca, papah nambah tusukannya ya?" tanyanya meminta izinku. 

"Iya pah, ambil aja" kataku.

"Jangan lupa Mamah sama Mang Ujang dibeliin Ca" pesannya. 

"Bang 2 lagi di bungkus ya" pesanku membuat Bang Asep kemudian mengangguk.  

"Udah lama banget kayanya si Neng sama Bapak gak mampir kesini" tegur Bang Asep sambil melayani pesananku. 

"Biasa, sibuk dia Bang. Saya aja yang orang tuanya jarang di jenguk" sindir Papah membuatku lantas memanyunkan bibir manja dan meletakkan mangkuk bubur yang sudah kosong di bawah kursi seraya meminum air mineral dalam botol kemasan. 

"Emang udah nikah neng?" tanya Bang Asep.

"Belum Bang" jawabku.

"Lah, kok itu si bapak jarang di jenguk?" tanyanya. 

"Saya udah lama pisah rumah dari orang tua Bang" jawabku.

"Oh gitu" ujar Bang Asep seraya menyerahkan bubur pesananku.

"Udah yuk Ca" ajak Papahku seusai meminum air mineral dalam botol kemasan dan meletakkan mangkuk bubur di bawah kursi. 

"Jadi berapa Bang?" tanyaku seraya menerima bubur pesananku. 

"50 ribu neng" jawab Bang Asep membuatku mengeluarkan uang 100rb dari case ponsel yang terlingkar di lenganku. 

"Kembaliannya ambil aja Bang" kataku. 

"Terimakasih banyak neng" ujarnya. 

"Yuk Bang" pamit Papahku. 

"Iya pak, hati-hati di jalan" jawab si Bang Asep. 

Sesampainya kami di rumah, aku lantas memberikan 1 plasik berisi bubur kepada Mang Ujang yang nampak sedang menyiram tanaman di halaman depan dan menyuguhi 1 plastik berisi bubur tepat di hadapan mamah yang sedang bersantai di kursi ruang tamu sambil menikmati teh dan juga ponsel dalam genggamannya. 

"Di makan dulu Mah buburnya" peringat Papah yang tengah berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan di pinggang sambil melihat ke arah halaman.

"Iya, ini Mamah mau makan" jawab Mamah seraya meletakkan ponsel di meja.

"Harus di tegur dulu baru di makan, kebiasaan" protes Papah. 

"Alah, Papah juga kadang gitu" jawab Mamah.  

"Tapi Mamah lebih sering" tepis Papah. 

"Kamu nginep sampai kapan Ca?" tanya Mamah mengalihkan topik pembicaraan. 

"Sore ini aku balik Mah" kataku. 

"Mau malem mingguan sama Leo?" tanyanya. 

"Iya Mah" jawabku. 

"Kamu tuh ya Ca, jangan mau pacaran terus. Minta di seriusin dong sama Leo, kan kalian udah lama banget tuh pacarannya dari jaman masih SMA kan? Terhitung sudah kurang lebih 9 tahun loh Ca" tegur Mamah seraya menyuap bubur.

"Anaknya masih betah pacaran Mah. Jadi, biarin aja dulu dia nikmatin hasil kerja kerasnya. Gak usah buru-buru" bela Papah. 

"Abis Mamah udah gak sabar mau nimang cucu Pah" ungkap Mamah. 

"Capri masih mau bebas pergi liburan Mah, Pah" jelasku.  

"Habis nikah justru makin bebas berduan sama Leo, Ca" ujar Mamah. 

"Tapi beda cerita kalau udah ada anak Mah" protesku. 

"Bisa titip ke Mamah kok Ca, tenang aja" ungkap Mamah. 

"Iya Mah, sabar ya" pintaku. 

Lihat selengkapnya