Lost in paradise

Annisa Fitrianti
Chapter #5

Reuni

Akibat perbuatan wanita barbar itu, kini aku berkutat di balik bilik toilet untuk membersihkan diri sekaligus berganti pakaian dengan yang baru saja aku beli dan kembali memoles wajahku dengan make up namun masih tetap terlihat natural. Merasa sudah cukup, aku pun memilih mempercepat langkahku menuju parkiran. Namun sialnya, aku menabrak bahu seseorang hingga membuat belanjaanku berantakan di lantai. 

"Sorry Sorry..." pintaku seraya mengambil belanjaanku yang berserakan di lantai dan di bantu olehnya. 

"Capri?" ujarnya ragu. 

"Maaf?" tanyaku yang tidak mengenalnya.

"Lo kemana aja" ungkapnya balik bertanya.

"Kita pernah ketemu?" tanyaku lagi. 

"Sure, ini yang ke 2 kalinya" jelasnya. 

"Sorry, tapi gue bener-bener ga inget" akuku. 

"Gue Aldan, Ca. Teman pacaran ya Juwanita Hasan. Kita kenalan di H club" ujarnya dengan mimik kecewa namun bibirnya masih senantiasa dihiasi senyum. 

"Astaga, Aldan Lazuardy Hasibuan" tebakku. 

"Betul" jawabnya seraya menjentikkan jari tepat di depan wajahku dan kami memutuskan untuk melangkah perlahan.  

"Sendirian?" tanyaku yang hanya dia jawab dengan menganggukan kepala. 

"Lo?" ucapnya balik bertanya. 

"Ya, kebetulan tadi habis ada janji temu dengan teman" jelasku.

"Ngopi dulu yuk?" tawarnya. 

"Lain kali aja gimana? gue ada acara soalnya" tolakku. 

"Sibuk banget nih?" godanya. 

"Sorry" kataku. 

"Tapi next time lo harus bisa ya" ujarnya. 

"Iya" jawabku. 

Berpisah dengan Aldan dengan di akhiri mencium pipi kanan dan kiri, aku pun kembali melanjutkan langkah ke arah mobil wuling berwarna biru milikku. 45 menit menempuh perjalanan menuju SMPN Ganesha, tidak membuat jantungku berdetak dengan normal. Aku sangat gugup sedari tadi, bahkan sudah hampir 15 menit aku berdiam di dalam mobil guna mengumpulkan keberanian untuk bertemu dengan orang-orang dari masa laluku. 

 Tok tok tok ...

"Kenapa gak turun?" tanyanya begitu aku membuka setengah kaca jendela mobil.

"Aku gugup" jawabku membuatnya kemudian membuka pintu mobil dan berjongkok di sisiku seraya mengelus kedua pipiku dengan lembut. 

"Come on, you look so stunning. Turun yuk" Ajaknya. 

"Aku gugup" jawabku mengaku. 

"Ada aku, yuk? Teman teman kamu udah nunggu tuh" jawabnya menenangkan. 

"Sebentar" tolakku seraya mengambil paper bag di kursi belakang.  

"Biar aku aja yang bawa" tawarnya yang lantas mengambil alih beberapa paper bag dari tanganku dan aku menerima uluran tangannya untuk turun dari mobil. 

"Tessa bawa anaknya ke acara ini, dia bilang gak sabar mau dapat banyak hadiah pasca melahirkan dari kamu. Teman teman geng kamu juga udh rewel nanya terus kamu udah sampai mana" jelas Leo yang mencoba menghiburku agar tidak gugup dan tangannya tetap merangkulku dengan sangat erat namun tidak sampai menyakitkan. 

Melihat sekeliling rasanya semua tata letak ruangan di sekolah ini masih sama seperti beberapa tahun lalu tepat ketika aku masih bersekolah di SMPN Ganesha, yang berbeda kini hanya warna cat nya saja. Tapi, aku harap suasana di dalam toilet itu sudah tidak lagi sama seperti terakhir kali aku berada di sini. 

"Aku mau ke toilet dulu boleh?" tanyaku menoleh kearah Leo. 

"Oke, aku tunggu di ruang musik ya" ujar Leo yang perlahan menjauh membawa semua paper bag milikku. 

"Capri" panggil seseorang pria dari arah lapangan. 

"Ya?" jawabku seraya berbalik menghadap kearahnya dan tepat disaat itu juga dengkulku terasa lemas untuk menopang berat tubuhku. 

"Apa kabar?" tanyanya yang menghampiriku.  

"Baik" jawabku seadanya. 

"Ternyata kamu masih sama ya seperti dulu? Kaku dan cuek" ucapnya membuatku menegang dan menelan ludah kasar. 

"Semua orang memang menganggapku demikian kan?" Tepisku mengusir rasa tegang yang David hantarkan. 

Lihat selengkapnya