Lost in paradise

Annisa Fitrianti
Chapter #7

Sunset

"Kamu kenapa? sakit?" Tanya Leo seraya duduk disisi ranjang sedangkan aku terisak menangis dan memunggunginya. 

"Kamu bohongin aku lagi Le?" Tanyaku to the point dengan tatapan sendu. 

"Bohong apa?" Tanyanya berdalih. 

"Siapa Rachel?" Tanyaku balik. 

"Dia teman aku" jawabnya seperti biasa dengan suara pelan dan lembut seperti orang yang tidak pernah merasa bersalah. 

"Dan kalian bermalam bersama di hotel?" Ungkapku merasa cemburu dengan nafas menggebu gebu karena hatiku rasanya sakit sekali. 

"Jangan menuduh aku yang bukan bukan Ca! Aku udah cape cape on time loh dateng ke apartemen kamu!" ungkapnya dengan nada ketus dan bangkit dari keterdudukan seolah ingin meninggalkan percakapan. 

"Kenapa kamu selalu mengulangi kesalahan yang sama terus Le? Apa kamu sudah bosan dengan aku?" Tuduh ku seraya merubah posisiku menjadi terduduk. 

"Dia teman ku, ca! Dan kami gak ngapa ngapain!" Jelasnya dengan tegas dan kembali terduduk disisi ranjang. 

"Tapi, kali ini aku udah gak bisa lagi percaya dengan kamu!" Ujarku dengan nada tinggi dan mengaku karena perdebatan seperti ini sudah sering terjadi. 

"Lalu kamu mau apa? Putus? Begitukah?" Tanyanya seraya menekan kedua pipiku erat dengan tangannya hingga membuatku meneteskan air mata karena menahan sakit. 

"Lepas! Sakit Le!" Rintihku yang berusaha mendorong tangannya. 

"Dengar Ca! Sampai kapan pun kita gaakan pernah pisah! kamu gak bisa pergi dari hidup aku gitu aja! Berapa kali aku harus ingatkan itu? Hah?" Ancamnya setiap kali kami bertengkar karena aku berniat ingin mengakhiri hubungan ini. 

Sepeninggalannya dari kamar ini, aku pun kembali menangis terisak hingga dadaku kian sesak dan berakhir memukuli kepala hingga dadaku sendiri karena merasa lelah dengan sikap Leo yang terus membohongiku.

Aku seperti boneka kesayangannya yang bisa dia mainkan sesuka hatinya. Tanpa pernah berpikir kalau aku juga manusia yang bisa cemburu, ketika dia diam diam berhubungan dengan wanita lain yang dia alibikan sebagai temannya tanpa sepengetahuanku.  

Sebab, ini bukan kali pertama terjadi. Tahun lalu, dia bilang pergi ke Singapura bersama teman teman lelakinya. Akan tetapi, saat di foto ada seorang wanita memeluk dirinya. Sama seperti saat ini, dia mengakui bahwa itu adalah temannya. 

"Kak? Are you oke?" panggil Megan dari ambang pintu kamar karena isakan tangisku yang mungkin sampai ke telinganya. 

"Iya, Me. Aku baik baik aja. Hanya sedikit pusing karena guncangan dari kapal pinisi ini mungkin" jawabku menepis rasa khawatir Megan dan mungkin juga lintang atau Brian. 

"Baiklah, aku datang kesini karena yang lain sudah menunggu kakak untuk makan siang dan setelah itu kita akan ke pulau komodo. Mau bareng aku atau menyusul aja?" Tanya Megan dengan raut wajah yang jauh lebih tenang dari sebelumnya ketika mendapati aku sedang menangis seorang diri di kamar ini. 

"Boleh kita bareng aja. Sebentar ya, aku akan cuci muka dulu" ujarku yang kini langsung terbirit memasuki toilet dan membasuh muka. 

Lihat selengkapnya