Cahaya mentari menerobos masuk tanpa permisi, menyilaukan mata dengan pancaran sinar yang tengah terang-terangnya.
Aku mengedarkan pandangan, ruangan luas dengan beberapa foto terpajang rapi di dinding. Ada sebuah foto yang tengah tertelungkup, tanganku gatal mencoba menggapainya.
"Farah?"
Karena terkejut, aku tidak sengaja menyenggol sebuah vas bunga berwarna putih.
"Astaga!"
Tanganku refleks membekap mulut, lalu buru-buru memunguti pecahan dari vas bunga yang malang tersebut.
"Maafkan aku Rania. Sungguh."
Rania malah terkekeh lalu memegang tanganku yang tengah memungut pecahan terakhir.
"Biar aku saja. Tidak apa-apa, mungkin ia ingin diganti dengan yang baru."
Gadis itu tersenyum tipis, lalu mengambil alih pecahan vas yang tengah ku genggam.
"Mandilah. Aku sudah menyiapkanmu baju, semoga cocok. Ah, aku akan membuang ini dulu. Anggap saja rumah sendiri Farah."
Rania menghilang dari balik pintu. Saat aku hendak mengambil handuk yang tersampir di gantungan, sebuah ketukan membuatku menoleh pada pintu.