LOST

hafidah
Chapter #1

Chapter 1

Jam delapan malam usai membersihkan badan Keinan duduk menyendiri di atas ayunan dekat kolam renang samping rumahnya. Wajahnya terlihat kusut seolah tidak memiliki semangat untuk hidup. Ia melipat kedua kakinya dan menerawang jauh ke langit yang hanya dihiasi beberapa bintang. 

Rumah berukuran besar yang dulu memberi ketenangan kini terasa sangat sepi dan dingin. Semua menghilang begitu saja, yang tersisa hanya kenangan. Dimana saat mengingatnya hanya akan menghadirkan kepedihan yang cukup dalam.

Tidak ada yang mengerti tentang kepedihan di dalam hati gadis jangkung itu. Semua luka seketika datang kepermukaan menghiasi setiap inci otaknya. Ia berusaha menepis, membuang jauh-jauh namun semakin dicobanya ingatan itu terus muncul di hadapan sampai tak menyadari kedua pipinya basah. Air matanya luruh.

Kedua orang tuanya seakan sudah tidak peduli dengan dirinya, mereka sibuk dengan pekerjaan yang seakan tidak memiliki waktu luang untuk dirinya. Belum lagi di saat hari libur mereka sibuk mengurus neneknya yang sedang sakit yang berjarak kurang lebih 50 km dari rumahnya dan lebih dekat dengan tempat kedua orang tuanya bekerja. 

Tok tok tok!!!

Samar-samar Keinan mendengar ketukan pintu yang cukup keras. Membangunkannya dari lamunan yang membuatnya menangis. ia menurunkan kakinya dan berjalan menuju pintu utama. Ketukkan pintu terus terdengar bahkan semakin keras dan terkesan tidak sabaran.

“Ya tunggu sebentar!!!” seru Keinan seraya membuka pintu di sana ia mendapati seorang lelaki berbadan kurus dengan tinggi 177cm seketika Keinan menjerit saat melihat keadaan lelaki itu dalam keadan terluka, luka sebesar ibu jari terlihat jelas punggung tangannya dan masih meneteskan darah, “Will? Kamu…, ayo masuk dulu, luka kamu aaahhhh.”

Lelaki itu mengikuti langkah Keinan dan duduk di sofa buludru warna abu-abu tua, “Kei …, aku,”

“Diam di situ, aku akan obatin lukamu.” Potong Keinan, ia bergerak cepat menuju dapur menyiapkan baskom kecil serta handuk dan kotak obat yang sengaja ia simpan di dalam kulkas. Pikirannya tidak tenang, ia kembali ke ruang tamu dan melihat Will tengah membuka jaketnya.

“Kapan kamu berhenti buat aku cemas, Will? Kamu suka lihat aku khawatir memikirkan keadaanmu? Aku tau kamu jago berantem, jago kebut-kebutan tapi bukan berarti kamu harus melukai dirimu dengan cara seperti ini…, ah kamu benar-benar buat aku cemas.”

“Jangan beburuk sangka dulu, aku sudah lama berhenti kebut-kebutan, aku nggak tau apa yang telah aku perbuat sampai mereka menghajarku seperti ini.” Papar Will tadinya ia ingin menutupi ini dari Keinan agar tidak membuat wanitanya semakin cemas,

Keinan menautkan kedua alisnya, “apa masalah mereka sampai mereka membuatmu babak belur seperti ini?”

Will tidak menjawab, ia meringis menahan sakit saat Keinan dengan tidak sengaja menarik telunjuknya.

“Sepertinya terkilir.”

Lihat selengkapnya