“Cepatlah sembuh, Ester,” ujarku sebelum meninggalkan ruangan.
Aku menutup pintu di belakangku dan melihat Nyonya Schwinn yang telah berjalan mendahuluiku. Aku berjalan mengikutinya seraya memperhatikan langkah kakinya yang cukup lambat. Tidak ada satu detik pun kulewati tanpa memikirkan hal-hal yang terjadi belakangan ini. Dengan banyaknya hal yang terjadi, tentu saja aku merasa kelelahan, tapi aku tidak bisa beristirahat terlalu lama. Entah itu siang atau malam, pagi atau senja, aku sudah tidak terlalu memikirkan waktu.
Ester pasti ingin menyembuhkan traumanya, namun dia tidak berhasil melakukannya karena kutukan itu menghalanginya. Di sisi lain, insiden kebakaran yang terjadi di benua Acies diduga merupakan sebuah kecelakaan akibat sambaran petir yang terjadi saat badai hari itu. Beruntung tidak ada nyawa yang hilang karena kedua rumah itu sedang ditinggalkan pemiliknya. Selain spekulasi mengenai badai petir, tidak ada yang tahu dari mana api itu berasal karena rumah-rumah di sana memang letaknya saling berjauhan.
Jaraknya memang tidak begitu jauh—mungkin hanya sekitar sepuluh hingga lima belas meter, namun bagaimana bisa api itu ikut menyambar rumah di sebelahnya? Apakah petir juga menyambar rumah itu? Ataukah apinya ikut mengenai rumah itu?
Terlepas dari apapun penyebabnya, aku telah memeriksa riwayat kepemilikan rumah tersebut dan mengetahui salah satu diantaranya adalah milik salah satu anak buah Tuan Avyanne. Beliau adalah Tuan Hikaru, salah satu anak buah yang paling dipercaya oleh Tuan Avyanne. Keluarganyalah yang menempati rumah tersebut semenjak Tuan Hikaru terjun ke medan perang. Aku juga mendapat informasi jika yang menempati rumah itu sekarang adalah Tuan Hikaru seorang.
Meskipun Tuan Avyanne sudah meninggalkan bagian kerajaan dan pasukan militer, namun tidak ada jaminan jika hubungan kepercayaan antara mereka berdua telah usai. Apakah ini sebuah kebetulan? Aku belum mendapatkan informasi dari kepemilikan rumah yang satunya karena menurut kesaksian warga setempat, pemilik rumah telah meninggalkannya sejak dua bulan yang lalu.
Terlepas dari hal itu, Ester yang kukenal tidak pernah mau repot-repot datang ke suatu tempat tanpa adanya perintah langsung dari Alex. Sungguh bodoh. Apa dia benar-benar berpikir jika dia bisa menyembuhkan penyakitnya hanya dalam satu kali tatapan? Leon juga tidak bisa mencegah Ester untuk pergi kesana karena aku tahu jika dia tidak pernah bisa menahan Ester secara terang-terangan. Aku tidak menyalahkannya. Tapi, bagaimana Ester bisa tahu tentang informasi itu? Aku menghela napas dengan sedikit kesal. Ya, pasti dari Leon. Rasanya sia-sia saja berusaha menyembunyikan informasi itu dari Ester jika dia didampingi oleh orang yang ceroboh.
“Sepertinya, ada yang sedang anda pikirkan, Nona Merione. Saya merasakan adanya kegelisahan dari belakang saya,” ujar Nyonya Schwinn tiba-tiba.
“Eh?” aku mengangkat wajahku dan melihat Nyonya Schwinn yang menatap lurus ke depan.
“Anda juga tadi menghela napas dengan kesal. Jangan khawatir, kutukan itu tidak akan mengganggu Nona Ester dalam waktu dekat,” tambahnya.
“Anda mendengarnya? Padahal saya menghela napas dengan begitu pelan,” sahutku.
Aku hampir lupa jika sosok yang ada di hadapanku ini adalah seorang Quayer. Banyak rumor buruk yang sering terdengar mengenai Quayer dan hampir seluruh rumor buruk itu berhubungan dengan keluarga bangsawan. Jadi, aku harus lebih berhati-hati karena aku tidak akan pernah tahu apa yang bisa dilakukan oleh penyihir berusia ratusan tahun.
“Penglihatan saya mungkin tidak sebagus dulu, namun pendengaran saya masih sangat jelas,” Nyonya Schwinn terdengar bangga saat mengatakan kalimat terakhirnya.
“Tidak ada yang dapat menyembunyikan sesuatu darimu. Itukah yang ingin anda katakan, Nyonya Schwinn?” tanyaku.
“Seperti yang diharapkan dari keluarga Merione, anda dapat memahami perkataan saya dengan mudah,” jawabnya.
“Kalau begitu, karena saya telah membuat anda terkesan, apakah saya boleh bertanya satu hal?” tanyaku.