Leviathan, atau sering disebut sebagai monster laut mengerikan yang bentuknya menyerupai naga berukuran raksasa. Menurut catatan yang ada, Leviathan memiliki banyak rupa dan ukuran. Leviathan merupakan salah satu dari sekian banyak perwujudan sisi buruk si penderita kutukan transformasi. Pada awal kemunculannya, makhluk ini masih sangat polos layaknya kertas putih dan dia memiliki koneksi antara pikiran si penderita dengannya.
Jika si penderita merasakan adanya bahaya dari seseorang maka makhluk tersebut akan melindungi si penderita, hanya saja sistem perlindungan ini termasuk untuk membunuh target—sebagai salah satu metode perlindungan jadi akan melakukan apapun—dan jika sudah diberi satu perintah maka tidak bisa dikendalikan oleh si penderita. Kutukan transformasi bisa menjadi senjata juga menjadi bahaya bagi siapapun.
Aku menghempaskan tubuhku di sofa. Yang namanya kutukan memang menyusahkan ya. Sejak kemarin, aku selalu dibuat gelisah karena harus selalu menenangkannya. Rupanya upaya yang kulakukan hanyalah untuk menunda kebangkitan dari wujud aslinya dan sekarang aku malah punya peliharaan yang bisa bertindak semaunya.
“Apa tidak bisa dimusnahkan saja?” tanyaku.
Karrie menatapku, “Apanya?”
“Naga itu,” jawabku.
“Jika itu dilakukan, maka kau akan jatuh koma hingga waktu yang tidak bisa ditentukan,” jelas Karrie.
“Kalau untuk mengangkat kutukannya langsung dari kepalaku? Apa sudah tidak bisa?” tanyaku lagi tanpa melihat Karrie.
“Saat ini, kutukanmu sudah mencapai tahap keempat dari lima, yaitu kebangkitan. Di tahap ini, sudah tidak ada cara yang bisa mengangkat kutukan itu. Dari semua buku yang kumiliki, tidak ada yang menjelaskan informasi mengenai itu juga,” Karrie menutup bukunya.
“Memangnya ada berapa tahap dalam kutukan transformasi?” tanyaku.
“Dari yang kubaca, ada lima tahap yang akan dialami penderita. Apa perlu kujelaskan secara rinci?”
“Tolong jelaskan,” sahutku.
“Yang pertama, tahap penanaman, pelaku menanamkan benih kutukan yang dapat berbentuk apa saja tergantung tujuannya. Dalam kasusmu, sepertinya ayahmu telah menanamkan sebuah es berbentuk seperti duri karena dia ingin agar kau selalu ingat untuk menggunakan kekuatanmu,” jelas Karrie.
“Sepertinya, cukup masuk akal. Dia memang selalu menyuruhku untuk melatih kemampuanku dengan Dean,” gumamku.
“Yang kedua adalah tahap pertumbuhan. Di tahap ini, benih yang ditanamkan padamu mulai menyebar ke aliran sihir di seluruh tubuhmu. Dalam tahap ini, si penderita hanya akan merasa tidak bersemangat selama penyebaran masih berlangsung. Tahap ketiga adalah pemberontakan, dari sinilah si penderita baru akan merasakan dampak dari kutukan tersebut. Aku membaca beberapa kasus tentang tahap ini, banyak diantara mereka tidak berhasil menahan kutukan ini dan berakhir dengan kehilangan kewarasannya,” Karrie nampak tidak nyaman saat mengatakan kalimatnya yang terakhir.
“Entah mengapa aku tidak merasa senang dengan fakta itu, mengingat kau hampir menjadi salah satu korban yang menggila akibat kutukan dalam sejarah dunia Lotus. Tapi, kita bisa membahasnya nanti kalau kau mau,” tambah Karrie.
“Aku tidak tertarik untuk membahasnya, silakan lanjutkan penjelasanmu,” sahutku.
Dari ekor mataku, aku dapat melihat Karrie mengangguk, “Yang keempat adalah tahap kebangkitan, seperti yang tadi kujelaskan di awal, kau sudah memasuki tahap ini. Kutukan itu berusaha mengacaukan pikiranmu agar dia dapat menghidupkan dirinya sendiri, dia akan memisahkan dirinya darimu di waktu yang tepat dengan pemicu yang sangat kuat,” jelas Karrie.
Aku memejamkan mataku. Aku tidak pernah mengira jika kutukan yang diberikan ayahku adalah kutukan jenis transformasi. Lagipula, jika alasan ayah mengutukku adalah karena kekecewaannya padaku, bukankah lebih baik jika memberiku kutukan yang membuatku kehilangan kendali atas tubuhku? Sehingga dia bisa memberiku perintah yang tidak pernah bisa aku bantah. Mungkinkah kutukan seperti itu tidak ada?
“Karrie, apakah ada jenis kutukan yang memungkinkanmu untuk dapat mengendalikan tubuh targetmu sesuka hati?” tanyaku.
“Jika maksudmu adalah kuasa untuk mengendalikan jaringan sihir di tubuh targetnya, tentu saja ada. Itu adalah kutukan bertujuan, salah satu yang paling mematikan karena tidak hanya berbahaya untuk si korban namun juga berbahaya untuk si pelaku,” jelas Karrie.
Semakin kupikirkan malah semakin tidak paham. Jika ayah memang berambisi untuk menjadikanku sebagai penyihir yang kuat, bukankah seharusnya dia memberikan kutukan bertujuan? Sebenarnya apa alasan ayahku memberiku kutukan transformasi ini? Oh, tunggu sebentar.
“Karrie, kau belum menjelaskan tentang tahap kelima,” aku menoleh kearahnya.
“Aku kira kau tidak ingin mendengarkannya karena menurutku ini hanya akan membuatmu sedikit terbebani,” jawabnya hati-hati.
“Jelaskan saja, memangnya seberat apa beban yang kau maksud itu?” tanyaku seraya menggigiti kuku jari tanganku.
“Yah, jika kau sampai memasuki tahap ini,” Karrie tampak ragu sejenak, “aku benar-benar berharap kau tidak harus mengalaminya, karena kebanyakan orang yang menyentuh tahap ini telah kehilangan sebagian besar ingatannya.”
Aku mematahkan ujung kuku yang sedang kugigit, “Mengapa ingatannya bisa terhapus?”
“Jika terlalu banyak hal yang membuatnya tertekan, maka akan terjadi cacat padanya. Tapi, jika cacat yang timbul terlalu banyak, maka seluruh bagian dari dirinya yang sudah terhubung di seluruh jaringan sihirmu dan pikiranmu akan hilang juga. Dengan kata lain, tubuhmu akan diatur ulang secara otomatis, seolah-olah kau tidak pernah mengidap kutukan apapun.”
“Memangnya apa yang dapat menyebabkan naga itu cacat?” tanyaku.
“Akan kujelaskan dari awal dan secara mudah karena aku saja membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memahaminya. Naga itu mirip seperti bayi yang baru lahir, dari awal kelahirannya dia hanya memiliki sifat yang diambil dari sisi burukmu dan dia tidak memiliki insting alami seperti makhluk hidup pada umumnya. Contohnya, dia tidak butuh makan atau minum, tapi dia butuh istirahat setelah menggunakan 80% kekuatannya. Jika beban pikiran si naga terlalu banyak atau dia mengeluarkan kekuatannya terlalu berlebihan, maka disitulah cacat akan terjadi. Tapi, aku juga membaca beberapa catatan yang menjelaskan tentang sikap makhluk-makhluk itu. Ada beberapa kasus yang mengatakan bahwa korban yang gagal mengendalikan peliharaannya dengan benar, berakhir dengan mereka yang dikendalikan oleh peliharaan mereka,” jelas Karrie.
Aku kembali memejamkan mataku. Ternyata memang hanya menambah beban pikiran.
“Aku merasa sedang menyiapkan bom waktu untuk diriku sendiri,” ujarku lemas.