Beberapa perkamen kedap air jatuh dari atas lemari dan mengenai kakiku. Aku merintih kesakitan seraya berjalan membawa tiga buah perkamen menuju meja. Aku meletakkannya kemudian membuka salah satu dari tiga perkamen tersebut. Ini adalah peta kasar dunia Lotus yang kudapatkan dari perpustakaan terpencil di benua barat. Aku berpikir mungkin ada suatu tempat di dunia ini yang bisa menyembunyikan dua orang dengan baik tanpa ketahuan oleh siapapun.
Leon bilang, Vionne dan Dean tidak ada di posnya saat dia kesana. Mereka tidak terlihat di manapun. Leon juga sudah berusaha mencari Ester dan Alex di dekat sekolah dengan bantuan penjaga perbatasan, namun tidak membuahkan hasil. Aku tidak ingin mengejutkan bagian militer atau dewan utama dengan kasus ini, oleh karena itu seberusaha mungkin aku tidak meminta bantuan dari mereka. Karena jika kasus begini saja tidak bisa diatasi, percuma saja kami bergelar 7 Dewan.
“Berpikirlah, Karrie. Jika aku menjadi penculik itu, di mana aku akan menyembunyikan sanderaku?” gumamku.
Suatu tempat rahasia di mana orang lain tidak mengetahuinya, berarti tempat itu tidak pernah atau jarang dilalui oleh orang lain. Jika saja aku tahu apa elemen yang digunakan oleh orang itu, pasti akan lebih mudah untuk mencarinya. Ditambah lagi, apakah orang yang diserang Alex adalah orang yang sama dengan pelaku penculikan Ester? Aku sangat ingat jika hanya Alex yang melakukan penyerangan karena tidak ada tanda-tanda elemen lain di ruangan itu.
“Tidak ada serpihan es, tidak ada sudut yang terbakar, tidak ada bebatuan atau permukaan tanah yang tidak rata,” aku mengernyitkan keningku.
Di saat aku sedang memikirkan di mana tempat orang itu menyembunyikan Ester dan Alex, tiba-tiba saja aku mendeteksi sebuah frekuensi yang sangat kukenal di dalam markas. Aku memang sengaja menyalakan Heyr-ku untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu, namun aku malah menangkap frekuensi lain. Aku bergegas berlari menuju pintu dan membukanya.
“Alex!” aku melihat Alex yang tengah memegangi sisi kiri perutnya.
Alex menatapku dengan wajah menahan rasa sakit. Napasnya terengah-engah seolah dia berlari untuk bisa sampai ke sini. Pakaiannya pun tampak berantakan. Aku langsung memapah Alex ke dalam ruang kerjaku dan membaringkannya ke sofa.
“Apa yang terjadi padamu?” tanyaku.
“Tuan Avyanne mendatangiku semalam, secara tiba-tiba dia berteleportasi di dalam ruanganku,” jawab Alex.
Aku tersentak. Pemilik nama yang selama ini menjadi penyebab dari kesulitan yang dihadapi Ester, telah berhasil masuk ke dalam markas bahkan menemui Alex. Sebelumnya, aku tidak terlalu mencurigai Tuan Avyanne karena dia tidak mungkin memiliki akses untuk masuk ke dalam markas. Terlepas dari penjagaan di pintu utama yang sangat ketat, seharusnya dia tidak memiliki salah satu dari syarat berteleportasi menggunakan portal, yaitu mengetahui dengan jelas tempat yang ingin dia datangi. Aku tidak pernah menduga jika Tuan Avyanne mengetahui lokasi serta rupa ruangan Alex.
“Lalu, apa yang terjadi?” tanyaku.
Alex terdiam sejenak, “Aku menyerangnya karena aku sangat terkejut,” dia menelan ludah sebelum melanjutkan kalimatnya, “tapi, dia tidak menyerangku balik.”
Aku mengerutkan keningku, “Apa dia mengatakan sesuatu?”
“Dia—”
Perkataan Alex terhenti diiringi dengan ekspresi wajahnya yang menjadi tegang.
“Ester! Apa yang terjadi padanya?” tanya Alex.
Napasku tertahan di ujung tenggorokanku. Ah, sial. Aku lupa tentang itu. Apa yang akan Alex katakan jika aku memberitahunya tentang keadaan Ester? Sejak awal, Alex telah menyuruhku secara diam-diam untuk selalu mengawasi Ester karena dia percaya bahwa aku bisa menjaganya. Namun, pikiranku menjadi tidak fokus sejak kemarin. Tidak kusangka jika Ester berada dalam bahaya karena kelalaianku.
“Karrie,” panggil Alex tenang.
Aku tersentak dan menatapnya. Dapat kurasakan mataku mulai berkaca-kaca.
Alex menatapku dengan iba seraya menghela napas secara perlahan, “Jika responmu seperti itu, berarti perkataan Tuan Avyanne benar.”
Aku mendongak keatas seraya berusaha memasukkan air mataku kembali, “Apa yang dia katakan?”
“Kubilang tadi Tuan Avyanne mengatakan sesuatu padaku, kan? Berkat informasi itu, aku mungkin tahu di mana Ester sekarang,” ujar Alex.
“Bagaimana dia bisa tahu tentang hal itu? Apakah dia pelakunya? Apa dia mendatangimu hanya untuk mempermainkanmu?” tanyaku tidak sabar.
Alex menggeleng, dia terlihat sedang berusaha menutupi kekhawatirannya.
“Karrie,” Alex menatapku dalam-dalam, “apa kau ingat tentang janji yang kuminta padamu tujuh tahun yang lalu?”
“Ya, aku ingat. Untuk selalu menjaga dan melindungi Ester, kan?”
Alex menggeleng ragu, “Yang setelahnya.”
Aku berpikir sejenak dan menyadari sesuatu. Seketika seluruh tubuhku terasa kaku.
“Ah, itu...”
======================================================================
Aku dapat mendengar seseorang berkali-kali memanggil namaku. Suara itu terdengar samar-samar. Aku membuka mataku dengan susah payah dan melihat seseorang tengah berdiri di atas permukaan tanah. Sejak kapan ada pijakan di sana? Aku memfokuskan pandanganku yang masih buram dan melihat seseorang yang kukenal.
“Karrie...” panggilku lirih.
Tubuhnya penuh dengan luka dan wajahnya nampak khawatir. Sepertinya dia berlari untuk sampai kemari, apakah telah terjadi sesuatu?