Setelah rentetan kejadian yang begitu tiba-tiba, aku merasa begitu kelelahan. Sakit yang awalnya kukira hanya flu, ternyata tak kunjung membaik. Obat dari dokter masih tersisa dan aku memutuskan untuk beristirahat penuh sampai badanku benar-benar kembali sehat. Hari berikutnya, aku mengalami demam tinggi, Sam kembali memanggil dokter, kali ini dokter memberiku obat dengan dosis lebih tinggi, dokter menyarankan sebaiknya aku beristirahat penuh setidaknya sampai tiga hari kedepan. Aku pikir tidak masalah karena janji pergi ke pantai dengan Joanna adalah hari Sabtu, masih ada tiga hari untuk aku beristirahat dan benar-benar memulihkan badanku.
Hari-hari berlalu dan aku hanya beristirahat di rumah, tidak terasa sudah memasuki hari Jumat sore. Kini aku merasa badanku sudah agak membaik. Obat dari dokter tersisa satu kali minum lagi. Aku teringat janji memberikan Joanna hadiah, kemudian aku bingung, karena sakit, aku tidak sempat keluar untuk membelikannya hadiah. Sambil berpikir aku melirik ke arah tas belanjaanku, aku ingat semua pakaian dan aksesoris yang aku beli belum aku pakai sama sekali dan aku juga membeli gaun ungu gelap itu. Cantik sekali, aku berpikir bagaimana jika gaun itu aku berikan kepada Joanna saja. Seleraku dan dia agak mirip dan postur badan kami pun tidak jauh beda. Aku harap gaun itu akan pas dan cocok di tubuh Joanna. Aku mengambil tas belanja yang berisi gaun itu, menggunting label harganya dan memasukannya kembali ke dalam paper bag.
"Parfait!" Gumamku.
Hadiah untuk Joanna pun sudah ditangan.
Aku kembali ke ranjang. Acara ke pantai hanya satu hari penuh saja. Malamnya kami akan kembali pulang, jadi aku tidak perlu berkemas banyak barang, besok pagi saja aku berkemas, cukup membawa satu baju ganti, sun cream dan kacamata hitam. Aku mengambil ponsel dan mengirimkan pesan kepada Joanna.
"Hai Jo, sesuai janji besok kita bertemu di stasiun kota jam delapan pagi ya, jangan telat! Au revoir!" Aku mengirimkan pesan singkat untuk mengingatkan Jo.
Aku meletakan ponsel dengan asal di kasur lalu mengambil obat dan segelas air putih yang ada di meja. Aku menenggak semua sisa obat itu kemudian berbaring dan tertidur.
Sabtu pukul enam pagi, aku terbangun, badanku semakin membaik, aku rasa kali ini aku benar-benar sudah sembuh. Aku bangun dari kasur, melakukan sedikit peregangan kemudian menuju dapur. Aku lihat Sam sudah berdiri di depan kompor, dia mengaduk sesuatu di panci dengan asap yang mengepul, ada wangi kaldu ayam yang kuat.
"Halo gadis kecil, ini pertama kalinya kau bangun sepagi ini setelah hampir seminggu sakit." Sam menyapaku sambil tersenyum, mengetahui aku datang ke dapur dan menarik kursi kemudian duduk.
"Aku rasa aku sudah sembuh Sam, badanku terasa membaik. Kepalaku sudah tidak pusing lagi, kau masak apa?" Aku membalasnya.
"Bubur, bubur dengan potongan dada ayam, kau harus makan makanan sehat kan, aku mencampurnya dengan potongan wortel dan brokoli."
"Eww, kau tahu aku tidak suka brokoli."
"Kau harus coba dulu, enak dan sehat." Sam mengedipkan sebelah matanya.
"Ya, aku tahu pasti enak, wangi kaldu ayamnya saja sudah menusuk hidungku tapi brokoli itu... "
"Sudahlah, aku ambilkan kau satu mangkuk, coba dulu, oke?" Sam memotong kalimatku.
Sam mengambil satu centong penuh bubur, memasukannya ke dalam mangkuk dan membawanya kearahku. Ia menaruh bubur itu tepat di hadapanku kemudian ia menarik kursi dan duduk di depanku.
Mangkuk itu mengepulkan asap, harum sekali kaldu ayam, aku merasa lapar tapi melihat potongan brokoli di dalam bubur itu..
"Coba dan makanlah!" Sam menyuruh seakan tahu keraguan dalam pikiranku.
Aku mengambil sendok dan mulai meniup-niup bubur itu, aku mencoba melahapnya kemudian aku tersenyum kepada Sam.
"Enak, brokoli ini tidak begitu buruk, rasa kaldu ayam dan dada ayamnya menutup rasa brokoli dan wortelnya." aku memberikan pendapatku.
"Sudah kukatakan, cobalah dulu. Sekarang habiskan dan aku akan mengambil satu mangkuk untukku".
Sam menimpali pendapatku sambil berdiri menuju panci yang masih ada diatas kompor.
"Sam, aku sudah bilang hari ini akan ke pantai kan? Aku akan pergi pukul tujuh lebih tiga puluh, aku janji bertemu Joanna di stasiun kota."
Sam kembali ke meja makan membawa satu mangkuk bubur untuknya
"Aku tidak masalah, kau sudah bilang, tapi apa kau yakin sudah benar-benar sembuh?" Sam balik bertanya.
"Ya, aku sudah merasa sehat, kau tahu Sam, aku jarang sakit tapi entah kenapa sakit kali ini terasa sangat lama."
"Iya, aku juga heran sampai kau bisa pingsan seperti itu, pergilah, aku lihat wajahmu sudah tidak pucat dan kau terlihat segar pagi ini."
"Yes! Merci Sam, aku akan pulang pukul enam sore, mungkin sampai rumah malam. Aku akan membawa kunci sendiri."
"Jangan lupa bawa obatmu, untuk berjaga-jaga jika tiba-tiba kau pusing atau demam, minum air putih yang cukup, juga jangan lupa makan siang, jangan terlalu lama berjemur, oke?"
"Obatku sudah habis, nanti di jalan menuju stasiun aku akan mampir ke minimarket untuk membeli vitamin serta air mineral, aku akan ingat pesanmu!"
"Baiklah, sekarang habiskan buburmu dulu, makan yang banyak."
"Kau tidak ada janji keluar? bertemu Ereca mungkin?"
"Tidak, aku akan stay di rumah, Ereca tidak akan kesini sampai minggu depan ia bilang ada dinas keluar kota."
"Kau dan Ereca berpacaran?"
"Ya, aku sudah dekat dengan dia beberapa bulan belakangan, entahlah kami masih menjalani ini."
"Aku sempat bertanya hal yang sama kepada Ereca, di hari ketika aku pingsan, aku senang Sam akhirnya kau dekat dengan seseorang tidak melulu sibuk dengan pekerjaanmu."
"Kita lihat saja kedepannya, aku berharap hubungan kami berhasil."
"Aku berharap yang terbaik untukmu. Sarapanku sudah selesai, aku harus mandi dan bersiap-siap karena aku tidak mau telat. Merci sarapannya Sam, bubur ini enak tapi lain kali jangan pakai brokoli." Aku bangkit sambil tersenyum.
Aku berdiri dan berjalan menuju kamar.
"KANINA KAU ANAK NAKAL!" Sam berteriak ke arahku yang sudah masuk ke kamar, dia pasti melihat aku memisahkan brokoli di mangkuk bekas sarapanku.
Aku tertawa dan menutup pintu kamar. Aku mengambil ransel, membuka lemari memilih kaos dan celana jeans yang akan aku pakai. Aku memisahkannya di atas kasur kemudian kembali ke lemari untuk mengambil bikini, satu kaos serta satu celana ganti. Aku langsung melipat semuanya satu persatu dan memasukannya ke dalam ransel, aku membuka laci dan mengambil kacamata hitam, kacamata ini masih rapi, berada di dalam kotaknya, aku turut memasukannya ke dalam ransel dan terakhir mengambil suncreen dari meja rias.