Lovadira

Rita Rohmawati
Chapter #7

LOVADIRA

***

Beberapa hari setelah ulang tahunku. Dio mengajakku ketemuan di taman kota seperti biasa. Aku yang sudah tidak terlalu emosi padanya, menyetujui saja permintaannya. Lagipula aku dan Dio memang harus bicara dengan kepala dingin soal itu. Terlebih lagi, ayah dan ibu sekarang hobi menanyakan kapan Dio akan melamarku dan sebagainya. Sikap ayah juga sudah berubah, beliau sering menanyakan bagaiman kabar Dio dan lainnya. Membuatku sangat senang namun juga bingung karena mereka tidak tahu menahu soal Dio yang sudah resign dari pekerjaannya.

“Terus rencananya sekarang gimana, kamu mau kerja apa Dio?” Tanyaku dengan nada yang sedikit kesal.

“Aku mau usaha saja.”

Aku mengerutkan keningku, tidak yakin atas jawaban Dio. Lagipula mau usaha apa, pikirku. Tapi aku tidak langsung menyudutkannya, aku yakin Dio punya alasan dan pertimbangan lain yang sudah ia pikirkan matang-matang.

“Kamu kan punya usaha sablon online, bagaiman kalau aku yang menghandlenya, agar bisnisnya semakin berkembang. Aku juga akan sekolah online untuk mempelajari ilmu markettingnya Aira, dengan begitu bisnis kita tidak akan ada yang memandang sebelah mata. Bukannya usahamu itu sebenarnya lancar namun kamu sering mengeluh karena terkendala waktu?”

Aku tercekat, bingung mau berkomentar apa. Apa ayah akan terima jika nanti tahu semua tentang hal ini.

“Bagaimana menurutmu Aira?”

Aku masih terdiam, kepalaku mendadak pusing juga dipenuhi berbagai spekulasiku tentang bagaimana tanggapan ayah dan ibu nantinya. Sementara Dio terus mendesakku untuk menjawab.

“Yasudah. Aku setuju.” Jawabku pasrah.

Dio menyeringai senang kemudian memelukku.

“Aku janji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.”

Aku mengangguk sambil berpura-pura tersenyum senang padanya.

***

Hari berlalu begitu cepat, dan Dio benar-benar menepati janjinya. Bisnis sablon kaos online yang kami beri nama LOVADIRA, gabungan nama kami yang memiliki kepanjangan Lova atau love yang berarti cinta, Dio dan Aira, berkembang pesat. Hingga perbulannya saja kami bisa mengumpulkan laba bersih sekitar 3 juta perbulan. Itu artinya gaji Dio sekarang lebih besar dari gajinya di dealer motor. Aku yang pagi-pagi itu mendapat laporan bulanan dari Dio tersenyum senang sekaligus bangga, ternyata Dio bisa dipercaya.

Aku pun tak sungkan memberitahu kabar baik ini kepada ayah dan ibu, mereka berdua yang awalnya tidak setuju dengan keputusan Dio berbalik mendukung dan mendoakan agar selalu lancar dan semakin maju kedepannya. Membuatku semakin bahagia karena perjuanganku dan Dio mempertahankan cinta kami tak sia-sia karena Dio juga janji akan datang bersama keluarganya untuk melamarku dalam waktu dekat.

“Kapan dia akan melamarmu Aira?”

“Insya Allah tanggal 5 mei ini Ayah.”

Lihat selengkapnya