"William, aku dengar hari ini Luna Zachary keluar dari rumah sakit." Ethan berujar di tengah-tengah latihan fisik yang tengah dilakukan para anggota pemadam kebakaran. Saat ini mereka semua sedang berlari keliling lapangan yang ada di depan kantor pemadam kebakaran.
"Benarkah?!" Sekilas terlihat binar pada kedua matanya yang berwarna hitam legam. Namun sesaat kemudian ia mendengkus, "Aku tak peduli!" Jujur, ia masih merasa segan dengan Luna karena ucapannya tempoh hari.
"Luna Zachary? Kakak yang waktu itu menjadi korban kebakaran yang diselamatkan Kak William?" Axell Louise, anggota termuda tim mereka ikut bersuara. Mereka bertiga kini berlari beriringan.
Ethan mengangguk dengan bersemangat. "Iya, yang itu! Cantik, kan? William suka kepadanya," ujarnya berseloroh.
"Jangan menyebar gosip!" Lelaki itu mempersempit jaraknya dengan Ethan dan menarik kuat pipi Ethan. Membuat lelaki itu hampir tersungkur.
"Aduh! Jangan melukai wajahku yang tampan ini!" Ethan menatap William dengan jengkel.
"Istirahat sepuluh menit!" Suara Hunter terdengar dari barisan paling depan, dan membuat seluruh anggota pemadam kebakaran menghentikan larian mereka kecuali William.
"Hei, William! Istirahat!" Ethan menyusul William dan menepuk bahu lelaki itu, hingga membuat William tersentak. Lelaki dengan rambut cokelat kemerahan itu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kurasa sebaiknya kau menemui gadis itu. Dia mampu membuatmu hilang konsentrasi seperti ini, artinya dia memang mengganggu pikiranmu."
William menggeleng lemah, ia duduk dan meluruskan kakinya di sebelah Cedric. "Meski itu benar, apa yang bisa kulakukan? Dia bahkan membenciku karena telah menyelamatkannya." Lelaki itu meneguk minuman yang sebentar tadi diberikan oleh Shawn dengan rakus.
"Bukankah itu artinya kau harus tahu alasannya membenci hal yang seharusnya ia syukuri?" Cedric yang sedari tadi hanya mendengarkan percakapan mereka tiba-tiba bersuara.
William menatap Cedric dengan heran. "Mengapa begitu?"
"Mungkin saja ... kau bisa tahu luka apa yang membuatnya sampai membenci kehidupan ...."
***
William berdiri di depan pintu kamar di mana Luna berada. Ia mencoba menguatkan hatinya sebelum membuka pintu. Ya, akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti saran dari Cedric untuk mengetahui luka seperti apa yang membuat gadis tersebut membenci kehidupan. Karena ia yakin, bahwa perasaannya lebih dari sekedar penasaran. Ada rasa lain yang sulit dimengerti oleh dirinya sendiri.
Perlahan ia membuka pintu kamar tersebut, terlihat gadis berambut cokelat terang itu sedang berdiri di tepi jendela. Ia menoleh sesaat begitu mendengar suara pintu terbuka, namun kembali membuang pandangannya pada langit biru nan cerah saat dilihatnya William tersenyum kaku kepadanya.