Hari senin telah tiba. Luna telah kembali bekerja setelah mengambil cuti selama seminggu setelah tempat tinggalnya terbakar. Ia bekerja di sebuah minimarket sebagai kasir. Beruntungnya, rumah yang ditinggalinya sekarang lebih dekat dengan tempatnya bekerja daripada tempat tinggal lamanya.
"Oh, Luna! Kau sudah masuk kerja rupanya. Bagaimana keadaanmu?" Seorang wanita berambut pendek sebahu menyapanya. Ia juga mengenakan kemeja hitam bergaris merah di tepinya, sama seperti Luna.
Luna tersenyum sekilas. "Aku baik-baik saja."
"Syukurlah kalau begitu. Aku ingin sekali menjengukmu, tapi bos tidak mengizinkanku karena tidak kekurangan pekerja." Ada rasa bersalah di raut wajahnya.
Luna menggeleng. "Tidak apa-apa. Toh aku juga tidak terluka."
Obrolan mereka terhenti begitu ada pengunjung masuk. Minimarket tersebut memang selalu ramai pengunjung karena lokasinya yang sangat strategis dan tidak ada toko serupa di sekitarnya. Membuat hari-hari Luna selalu sibuk.
Sudah empat tahun ia bekerja di minimarket itu. Pergi pada pukul tujuh pagi dan pulang pada pukul tujuh malam. Ia juga hanya bisa libur sehari dalam seminggu. Setiap harinya sangat sibuk melayani pembeli. Namun ia lebih suka begitu. Jika sibuk, maka pikirannya tidak akan memiliki waktu untuk bersedih, untuk meratapi masa lalu. Maka ia bisa bertahan untuk satu hari lagi.
****
Hari telah beranjak malam, William dan timnya sedang berada di ruang istirahat, bersiap-siap untuk pulang. Berganti shift dengan tim lainnya. Para pemadam kebakaran bekerja dua belas jam sehari. Dan mereka mendapat libur bergiliran setiap dua minggu. Lelaki itu merentangkan tubuhnya yang terasa kaku di atas lantai. Hari ini ada tidak banyak kejadian darurat. Hanya ada sebuah gedung terbengkalai yang ambruk karena telah lapuk.
Namun tim pemadam kebakaran tentu saja tetap harus menyisir gedung itu, karena terkadang ada beberapa tunawisma yang menumpang istirahat di sana meski telah diberitahu bahwa tempat itu tidak aman. Untungnya tidak ada korban jiwa.
"Hei ... William ... bagaimana?" Ethan tiba-tiba duduk di sebelah William yang kini sedang mengganti seragamnya dengan kemeja lengan panjang berwarna biru yang lengannya digulung hingga siku.
"Bagaimana apanya?" William membalas pertanyaan dengan pertanyaan.
"Hisy! Tentu saja hubunganmu dengan Luna Zachary!" Ia menyikut William dan mengangkat-angkat kedua alisnya bersemangat. Sudah dua minggu ini William berusaha mendekati Luna, membuat Ethan menjadi penasaran.
"Untuk apa aku membicarakan hal itu denganmu?"
"Kau ini ... aku kan bisa memberikan saran untukmu supaya pendekatanmu dengan dia berhasil ..."
William mendengkus. "Berhenti menggangguku! Terakhir kali aku menggunakan saranmu, Luna terbatuk-batuk hingga menyemburkan ice cream yang sedang dimakannya!"
Hampir saja tangan William kembali mendarat di wajah Ethan. Namun dengan segera lelaki itu menjauhi William. "Sudah kubilang jangan melukai wajah tampanku!"
"Sudahlah ... Kau itu bahkan belum pernah berpacaran, Ethan. Bagaimana bisa kau memberikan saran kepada William?" ujar Hunter yang sedang duduk sembari memakai sepatunya.
"Ck! Walaupun aku belum pernah punya pacar, tapi aku punya adik perempuan! Elise yang memberitahuku bahwa gadis-gadis biasanya suka dengan kata-kata manis."