Jam di dinding telah menunjukkan pukul sembilan malam. Samara Brook sibuk menata cake berbentuk lingkaran itu dengan serius. Matanya bahkan kadang terasa perih karena jarang berkedip. Ia tak ingin cake yang telah dilatihnya selama dua minggu ini hancur berantakan.
Setelah selesai meletakkan whipped cream pada cake, Samara lantas menuangkan coklat cair di atasnya dan menambahkan potongan-potongan buah strawberry segar.
"Selesai!" ujarnya sumringah. Ia tersenyum puas. Dengan hati-hati gadis itu membungkus cake tersebut dengan kotak cantik berwarna merah, warna kesukaan Cedric.
Esok hari, di pertengahan bulan Juli, adalah hari ulang tahun lelaki tampan itu, karena itulah Samara rela mengikuti baking course selama dua minggu di sela-sela kesibukannya hanya agar ia bisa memberikan cake buatannya sendiri kepada Cedric.
"Kuharap ia mau mencicipi cake ini walau sedikit ....," ucapnya penuh harap. Matanya lantas terlihat sendu. Telah tiga tahun ini ia terus berusaha mengambil hati Cedric, namun lelaki itu tetap membatukan hatinya.
"Tidak apa-apa ... hatiku kuat! Ini baru tiga tahun ... aku masih bisa melalui banyak tahun untuknya ...." Gadis berambut blonde itu mengembuskan napas kemudian kembali melengkungkan bibirnya ke atas, berusaha untuk tersenyum.
"Apa kau akan memberikan itu kepada si beruang kutub?" Samara tersentak kaget, ia menatap lelaki pucat yang berdiri di ambang pintu dapur rumahnya.
"Kak Hunter! Aku terkejut, tahu!" Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal. Kakak sepupunya yang satu ini selalu saja masuk ke dalam rumahnya dengan tiba-tiba. Jarak rumah mereka memang dekat, hanya terpisah tiga rumah.
Hunter hanya mengangkat bahunya. "Aku sudah memanggilmu berulang kali, Samara. Tapi kau begitu larut dalam anganmu itu hingga tidak menyadari kehadiranku. Ini! Dari ibu untukmu." Hunter mengulurkan sebuah termos besar kepada Samara.
"Harumnya ... perutku jadi lapar. Terimakasih, Kak. Sampaikan terimakasihku juga untuk bibi," ucap Samara begitu menghirup semerbak sup iga sapi dari dalam termos tersebut. Adik dari ayahnya itu memang kerap memberikan lauk pauk untuknya karena tahu Samara selalu makan tidak tepat waktu.
Hunter mengangguk. Ia lantas menarik salah satu kursi yang mengitari meja makan itu dan duduk menghadap cake yang telah dibungkus cantik oleh Samara.
"Bagaimana kalau dia mengabaikannya lagi?" tanya Hunter tepat pada sasaran. Pasalnya, lelaki bersuara husky dengan hidung nan tinggi tersebut telah mengabaikan birthday cake pemberian Samara dua tahun berturut-turut.
Samara tersentak, matanya terasa panas. Ingatan masa lalu tiba-tiba merasuki mindanya tanpa izin. Pertama kali gadis itu memberikan cake untuk Cedric adalah seminggu setelah peristiwa kelam itu terjadi. Namun sesuai yang ia duga, Cedric bahkan tidak menyentuh sedikitpun chocolate cake itu dan terus meninggalkannya tanpa kata. Tahun kedua saat ia memberikan cake juga sama. Lelaki beralis lebat itu juga hanya menatapnya dengan pandangan marah kemudian tanpa mengucapkan sebarang kata, ia melangkah menjauhi gadis blonde itu.
"Kakak! Jangan bicara begitu ...." Wajah Samara yang tadi berseri kini berubah murung akibat perkataan Hunter.