Love-A-Mia

Mpii
Chapter #1

Sekor 1 - 0

'Tuhan kenapa di dunia ini ada makhluk yang namanya mantan?'

-ini ceritanya lagi curhat-

____

Tidak dipedulikannya suara ribut yang mendominasi kantin, gadis dengan tinggi 147 cm itu terus fokus me-roll poninya. Tangan lentiknya mengambil sebuah cermin berbentuk segi empat, kira-kira sebesar buku tulis. Dia mengoleskan lip gloss di bibirnya dengan merata. Sudah merasa puas dengan penampilannya, barulah dia memfokuskan seutuhnya kepada smartphone kesayangannya.

“Non?" Kenny gadis berkucir dengan tampilan tomboy-nya memanggil. Namanya Mia tapi sering di panggil Non, karena itu nama panggilan Mia sejak kecil. Mia bergumam dan terus fokus kepada gadget-nya yang sedang membalas komentar fans-nya di Instagram. "Wawan masih nyuekin lo?"

Mendengar nama mantannya di sebut, barulah Mia mengangkat kepalanya. "Ho'oh," jawabnya cemberut lalu dia mendesah.

"Move on dong, say!" ucap Dahlan dari samping Mia yang tengah menonton vidio klip koreografi BLACPINK.

Mia mengerucutkan bibirnya, tanda dia kesal. Kalau dia bisa, pasti di lakukan dari dua minggu yang lalu ketika untuk pertama kalinya, dalam hidupnya dia di putuskan oleh seorang laki-laki yang ia sangat cintai, ia sayangi melebihi bejibun mantan-mantannya terdahulu.

Laki-laki itu bernama, Wawan. Panggil saja begitu, sebab seantero sekolah SMA 3 Ganesha, cowok yang terkenal karena selalu membuat semua wanita terkagum-kagum akan pengibaran bendera setiap hari senin di Upacara.

Mia menumpukan dagu kepada tangan kirinya, otaknya terus saja memikirkan mantannya. Dimatanya mantan kekasihnya itu adalah mantan yang paling indah, saking indahnya dia tidak rela laki-laki tersebut menjadi mantan. Saat cieok itu meminta break mati-matian dia menolak dan matia-matian pula selama ini dia terus mengejar mantannya itu supaya bisa kembali lagi kepada Mia.

"Nih, es teh manis pesenan kamu!" Nana, sahabat Mia yang lain yang sama tinggi badannya terbilang cebol, membuyarkan lamunan Mia.

Mia memgambil pesanannya. "Thanks." lalu menyeruputnya dengan pandangan menerawang ke depan.

Dari arah pintu kantin sahabat lainnya dari jurusan IPS melambaikan tangannya kearah meja Mia.

“Gila, sumpah ini beneran gila.” Desi, cewek berambut bob tiba-tiba menyambar minuman Kenny. Mia dan yang lainnya saling bertukar pandang—bertanya ada apa gerangan dengan Desi. Vania, yang datang bersama Desi menjadi sasaran keheranan para sahabatnya--meminta penjelasan.

Menghela napas, Vania menjawab pertanyaan tersirat itu. “Biasa geng Aida bikin ulah lagi, tadi pas presentasi pelajaran Geografi kan Desi sekelompok dengan mereka terus Desi debat sampai si Aida nangis katanya si Desi gak menghargainya sebagai ketua.”

“Dia duluan kali yang ngajak debat. Lebay, gitu aja nangis, sok nyari perhatian sama Bu Dini lagi, eoohh.” Desi menyeruput kembali minuman Kenny tanpa permisi. Hatinya gerah apalagi body-nya. Ugh!

“Yeuuu, haus, Bu,” sindir Kenny, tangannya mengambil alih minumannya itu. Sementara Desi cengengesan tanpa tahu malu seraya kembali misuh-misuh gak jelas.

Sayup-sayup terdengar suara genjringan gitar juga keributan. Dengan santai tiga laki-laki yang membuat keributan tersebut melangkah kedalam kantin. Salah satu diantaranya asik terbar pesona kepada seluruh penghuni kantin, terutama kaum hawa.

Sedangkan yang membawa ukulele hanya asik menyaksikan teman satunya lagi yang tengah menggoda adik kelas yang berpapasan di kantin.

"Hai, pacarnya orang," goda Dewa kepada adik kelas yang memakai jepit kecil warna-warni dan tatanan rambut terkepang.

Lihat selengkapnya