LOVE and DREAM

Nita Sari
Chapter #4

Perdebatan

Ray lagi di rumah sakit di ruangan Mamanya dirawat, dia lagi suapin Mamanya bubur. Ray sangat senang keadaan Mamanya sudah mulai membaik, Ray juga baru selesai cerita ke Mamanya soal Kia yang siap menikah sama dia.

“Kamu udah nentuin tanggal pernikahan kamu sama Kia?”

“Belum Ma. Tapi pastinya dalam waktu dekat ini!” Bu Ratih senyum mendengarnya, dia merasa sangat bahagia karena Ray memenuhi keinginannya yang ingin melihat Ray segera menikah.

“Mama nggak boleh banyak pikiran lagi ya supaya kesehatan Mama nggak ngedrop lagi, dan Mama cepat bisa dibolehin pulang sama Dokter."

“Iya Ray. Makasih ya, kamu udah nurutin kemauan Mama.”

“Iya, Ma.” Ray memang anak yang penurut, dia akan selalu berusaha melakukan apa pun perintah Mamanya yang membuat Mamanya bahagia karena dari umur 10 tahun semenjak Mama Papanya bercerai, Ray cuma diurus sama Mamanya dan Papanya sibuk dengan keluarga barunya.

Ray lagi di butik Kia, dia lagi melihat hasil desin Kia yang akan mereka gunakan buat acara akad dan resepsi. Kia sudah mendesain kebaya, gaun, jas, dan beskap karema saat akad mereka akan menggunakan adat Jawa, dan saat resepsi mereka akan menggunakan konsep internasional.

“Gimana menurut kamu, Yang?” Tanya Kia.

“Bagus!” Ray kasih Kia buku desainnya. "Kalau urusan desain kamu udah nggak diragukan lagi!" Tambah Ray.

“Udaah dong Sayang. Nanti aku terbang kalau dipuji seperti ini.” Kia bercanda. "Untuk masalah warna, aku maunya saat akad dan resepsi kita menggunakan warna pink peach ya!?" Lanjut Kia.

"Jangan gitu dong Sayang. Saat akad aku maunya warna putih!"

“Nggak mau, aku maunya pake warna pink peach, warna kesukaan aku!” Kia kekeuh harus menggunakan warna ping peach karena warna itu adalah warna kesukaannya, menurut Kia warna ping peach adalah warna yang sempurna banget karena tidak terlalu cerah dan tidak terlalu gelap, sementara Ray kekeuh mau menggunakan warna putih saat akad.

“Sayang, dimana-mana kalau akad pasti warna putih, karena putih itu melambangkan kesucian!”

“Iya aku tau, tapi aku maunya warna Pink peach, titik!” Kia ngegas yang membuat Ray kesel. Ray tarik napas panjang supaya emosinya tidak meledak, dan dia kasih tau Kia dengan cara pelan-pelan.

“Gimana kalau gini aja Sayang. Saat akad kita menggunakan warna putih, dan malamnya saat resepsi kita menggunakan warna pink peach.”

“Nggak mau. Pokoknya aku maunya saat akad dan resepsi warnanya sama!" Ray sangat kesel sama Kia yang nggak bisa dibilangin, Ray berdiri sambil gebrak meja yang membuat Kia kaget.

“Kamu ini kenapa sih, keras kepala banget! Ini tu bukan hanya pernikahan kamu, tapi pernikahan aku juga. Jadi kamu juga harus dengerin kemauan aku.” Ray langsung pergi dari sana dengan muka kesel.

Kia bengong, dia seperti nggak percaya kalau tadi itu Ray karena selama mereka pacaran Ray nggak pernah seemosi itu. Hp Kia berdering, yang nelpon adalah Gwen dan Kia angkat telpon Gwen dengan judes.

“Ada apa sih nelpon-nelpon!?”

“Eh calon manten, kok judes banget!?”

“Gue tu lagi kesel Gwen! Ray tu nyebelin!” lanjut Kia.

“Nyebelin kenapa sih Kia? Dia nggak angkat telpon lo? Atau dia selingkuhin lo?”

“Bukan, tapi Ray nggak mau nurutin kemauan gue buat pake warna pink peach saat akad dan resepsi, padahalkan dia tau kalau itu warna kesukaan gue. Harusnya tu dia bisa ngertiin gue!”

“Emang Ray maunya gimana?”

“Dia maunya saat akad warna putih, dan malamnya saat resepsi baru warna pink peach!”

“Astaga Kia, kalau itu namanya bukan Ray yang nyebelin, tapi lo yang egois, maunya menang sendiri!”

“Gwen, kok lo malah bela Ray sih!?”

“Gue bukannya ngebela Ray, tapi apa yang dibilang Ray itu benar! Jadi mendingan lo nurut aja sama dia.”

“Apaan sih lo Gwen. Bukannya ngedukung gue, lo malah ngedukung Ray. Udah ah, gue juga males sama lo.” Kia langsung matiin telepon, dia kesel sama Gwen yang ngebela Ray, padahalkan Gwen sahabatnya, dan seharusnya Gwen ngebela dia. Kia ambil baku desainya, dia terus pandang hasil desainya sambil mikir. “Tapi apa yang dibilang Gwen ada bener juga sih!” Batin Gwen. Kia ambil hp-nya, dan dia nelpon Ray.

“Ada apa nelpon-nelpon!?" Ray masih kesel sama Kia.

“Aku mau bilang ke kamu kalau aku...”

Lihat selengkapnya