Ray dan Kia lagi di perjalanan mau ke mall, mereka mau makan malam sekaligus cari-cari souvenir buat pernikahan mereka. Ray fokus nyetir mobil, dia tidak bicara sedikit pun yang membuat suasana jadi dingin. Kia pun memberanikan diri untuk memulai pembicaraan supaya mereka nggak terus diam-diaman.
"Kamu masih marah soal yang tadi!?" tanya Kia ragu-ragu.
"Nggak."jawab Ray singkat. "Oh. Aku kira kamu masih marah!" lanjut Kia.
"Tapi kalau boleh jujur, aku kurang suka melihat kamu kerjasama dengan tu cowok!”
“Emang kenapa? Dia keliatannya baik kok!”
“Luarnya aja keliatan baik, tapi dalamnya kamu nggak tau kan!?"
"Ya kita harus positif thinking dong sama orang!"
"Iya sih. Tapi aku takutnya dia cuma mau modusin kamu! Aku takut kamu kepincut sama dia!” Kia ketawa mendengar kata Ray. "Kok kamu ketawa? Aku serius tau!" lanjut Ray.
Ray takut banget kalau Kia sampai suka sama Faren karena Faren jauh lebih keren dari dia mulai dari postur tubuh sampai penampilan. Faren mempunyai tubuh yang tinggi, putih, dan perutnya six pack, beda banget sama dia yang mempunyai perut agak buncit.
“Kamu tenang aja Sayang. Aku nggak semudah itu suka atau jatuh cinta sama orang, apalagi aku udah punya kamu!" Ray senyum ke Kia. "Walaupun sebenarnya dia lebih ganteng sih!" lanjut Kia dengan nada bercanda.
“Tu kan, kamu bilang dia ganteng!” Ray kesel mendengar Kia memuji cowok lain.
“Itu emang fakta Sayang! Tapi ganteng aja nggak cukup buat aku jatuh cinta sama cowok!”
“Bener ya, kamu nggak akan suka apalagi jatuh cinta sama dia!?”
“Iya Sayang. Aku kan udah punya calon suami yang baik, pengertian, penyayang, pekerja keras, dll. Pokoknya paket komplit banget calon suami aku!”
"Udah deh nggak usah muji-muji gitu. Bikin aku malu aja!" canda Ray.
"Emang kamu bisa malu? Aku pikir kamu nggak punya malu!" Kia balas candaan Ray, mereka ketawa bareng.
Kia lagi di butik, dia lagi di ruangan tempat dia ngedesain. Kia lagi telponan sama pelanggan sambil ngedesain baju pesanan pelanggan. Pelanggan Kia nggak bisa datang langsung ke butik karena dia lagi di luar kota, makanya dia kasih tau Kia lewat telpon baju seperti apa yang dia mau. Kia terus ngobrol sama pelanggannya lewat telpon sambil ngedesain di buku desain yang biasa dia gunakan. Ray lagi di kantor, dia pnaik karena dia nelpon Kia tapi nomor Kia sibuk.
“Kia telponan sama siapa sih!? Kenapa terus-terusan sibuk dari tadi!?” omel Ray. Ray berusaha nelpon Kia lagi, tapi nomornya masih sibuk.