LOVE and DREAM

Nita Sari
Chapter #7

Harus Memilih

Kia rebahan di tempat tidurnya, dia menatap langit-langit kamarnya sambil mikir mana yang harus dia pilih, cinta atau mimpi? "Ya Tuhan, kenapa engkau beri hamba pilihan yang sangat sulit seperti ini. Tolong bantu hamba untuk memilih mana yang lebih baik buat hamba." batin Kia berdoa.

Kia melirik foto almh Mamanya di meja dakat tempat tidurnya. Kia jadi mengingat percakapannya dengan almh Mamanya di kamar rumah sakit sebelum Mamanya meninggal. Almh Mamanya Kia mempunyai penyakit kangker payudara stadium lanjut, Mamanya sudah 3 bulan lebih dirawat di rumah sakit, tapi belum ada kemajuan. Bibir tipis Mamanya Kia tidak berhenti senyum mendengar Kia yang bercerita, walaupun dia nampak sangat lemas. Bibir dan hidung Kia memang sangat mirip sama almh Mamanya, dan umur mereka juga nggak beda jauh karena dulu almh Mamanya Kia menikah sama Papanya Kia saat umur 18 tahun, makanya dulu saat Kia lagi jalan sama almh Mamanya, orang selalu bilang mereka adik kakak.

“Pokoknya Mama harus sembuh! Dan Mama nggak boleh sakit-sakit lagi, supaya suatu saat nanti Mama bisa mendampingi aku di saat karya-karya aku go internasional.” Kia memberi Mamanya semangat karena Mamanya selalu berpikir kalau dia nggak akan bisa sembuh.

“Iya Sayang. Mama juga selalu berdoa supaya Mama cepat cembuh supaya Mama terus bisa mendampingi kamu mengejar mimpi kamu." Kia senyum sambil peluk Mamanya yang berbaring di tempat tidur. "Tapi kan kita manusia hanya bisa berencana, tapi Tuhan yang menentukan karena umur, rezeki, jodoh, sudah diatur sama yang di atas!” lanjut Mamanya Kia.

“Iya Ma, aku tau.”

“Kia, Mama mau minta satu permintaan boleh nggak!?”

“Apa Ma?” tanya Kia penasaran, dia nggak sabar buat mendengar permintaan Mamanya yang membuat dia berhenti peluk Mamanya.

“Kalau seandainya suatu saat Mama udah nggak ada, Mama mau kamu harus tetap berjuang supaya kamu bisa jadi designer yang go internasional.” mata Kia memerah, matanya berkaca-kaca, dia sangat sedih mendengar Mamanya bicara seperti itu. “Mama nggak boleh bicara seperti itu. Aku yakin Mama pasti bisa sembuh.” sambung Kia sambil mengusap air mata di pipinya yang mulai menetes. Mamanya Kia ikut meneteskan air mata melihat Kia menangis. “Kamu harus janji sama Mama, kalau kamu harus tetap berjuang walaupun Mama sudah nggak ada.” Mamanya Kia usap air mata Kia, dan Kia cuma bisa mengangguk mendengar kata Mamanya.

Kia ambil foto almh Mamanya, dia terus melihat foto almh Mamanya sambil senyum "Semoga pilihan yang Kia ambil tidak mengecewakan Mama!" batin Kia sambil pengusap-usap foto almh Mamanya.

Kia dan Ray lagi di mobil, mereka mau pergi meeting sama orang WO. Kia melirik Ray yang lagi fokus nyetir sambil mendengar lagu penyanyi kesukaannya Justin Bieber, love your self. “Kayaknya sekarang waktu yang tepat buat aku kasih tau Ray, sebelum kita ketemu sama WO!" batin Kia. Kia udah mangap mau bicara sesuatu sama Ray, tapi dia mengurungkan niatnya. “Tapi kalau gue mengundur tanggal pernikahan, gue takut Ray marah dan ninggalin gue lagi. Tapi gue juga ingin cepat bisa mencapai mimpinya untuk jadi designer yang go internasional seperti janji gue ke almh Mama. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan.” lanjut batin Kia.

Tak lama kemudian Kia dan Ray secara bersamaan bilang "Aku mau..." Kia dan Ray pun jadi liat-liatan. “Kamu dulu.” lanjut Ray.

“Nggak. Kamu aja dulu.” balas Kia.

“Sayang, kamu aja dulu.” Ray maksa Kia supaya Kia duluan bicara.

“Yaudah. Aku mau...” Kia ragu-ragu melanjutkan perkataannya, sementara Ray sudah nggak sabar mendengar Kia mau bicara apa.

“Aku mau kita...makan dulu karena aku laper!” lanjut Kia grogi, dan Ray pun ketawa ngakak mendengarnya. "Mau bilang gitu aja, lama banget mikirnya!" canda Ray, dan Kia pun pura-pura senyum. "Ray, andai aja kamu tau aku mau bicara apa, pasti kamu kaget benget, karena aku mau bilang aku mau mengundur tanggal pernikahan kita. Tapi sekarang waktunya belum tepat, aku harus mikir lagi supaya aku tidak salah dalam mengambil keputusan!" curhat Kia dalam hati. Tak lama kemudian mobil Ray berhenti di depan restoran, mereka turun, langkah Kia untuk masuk ke restoran itu sangat berat karena sebenarnya dia nggak lapar.

Sudah jam 22.00 WIB, tapi Gwen masih di rumah Kia karena Kia minta Gwen buat nginep di rumahnya. Pak Kusuma, Kia, dan Gwen lagi di ruang tengah. Kia baru selesai cerita soal acara fashion show yang bertepatan dengan tanggal pernikahannya.

“Pokoknya Papa nggak setuju kalau kamu sampai mengundur tanggal pernikahan itu!” Pak Kusuma sangat emosi.

“Tapi Pa, itu kesempatan yang bagus banget buat aku supaya karya aku bisa dikenal sama orang luar.” bantah Kia.

“Iya Papa tau, itu kesempatan yang bagus banget buat kamu. Tapi apa kamu rela, mengorbankan orang yang mencintai kamu demi mimpi kamu? Kamu jangan egois Kia.” Pak Kusuma bicara sampai urat lehernya keluar saking emosinya. Mata Kia memerah, dan Kia pun menangis, dia nggak bisa lagi menahan tangisnya karena perasaannya yang lagi hancur. Gwen peluk Kia supaya Kia tenang. “Pokoknya kamu tidak boleh mengundur tanggal pernikahan kamu, karena cepat atau lambat karya kamu pasti bisa go internasional kalau kamu terus berusaha dan berdoa.” lanjut Pak Kusuma, dan Pak Kusuma jalan masuk kamarnya.

"Kia, lo harus nurut sama apa kata Om Kusuma. Lo jangan mengundur tanggal pernikahan lo sama Ray, karena Ray pasti akan ninggalin lo. Apa lo siap buat ditinggalin sama orang yang lo sayang untuk ke dua kalinya!?". Gwen masih berusaha menangkan Kia. "Iya, lo bener juga Gwen!" lanjut Kia.

Dulu saat Kia ditinggalin sama Mamanya untuk selama-lamanya, dia sangat terpukul, Ray datang untuk menghibur dan memberi dia semangat, dan sekarang dia nggak mau ditinggalin sama orang yang sudah bantu dia bangkit dan semangat lagi untuk menjalani hidup karena dulu setelah Mamanya meninggal, Kia tidak semangat ngapa-ngapain, dia merasa hidupnya nggak ada gunanya lagi karena nyawa di luar tubuhnya pergi meninggalkannya.

Kia dan Faren lagi di kafe, Faren gebrak meja karena Kia kasih tau dia kalau Kia menolak tawaran fashion show itu demi melanjutkan pernikahannya.

Lihat selengkapnya