Ray lagi pakai kemeja yang sudah disiapin Kia, dia siap-siap mau ke kantor, sementara Kia sudah rapi dan siap buat jalan ke butik. Kia mau berangkat duluan karena pelanggan yang kemarin itu mau ambil bajunya pagi dan ada beberapa hal yang akan Kia sampein ke dia secara langsung.
"Sayang, roti buat kamu sarapan aku udah siapin di meja makan ya!"
"Iya Sayang."
"Maaf ya Sayang, aku nggak bisa nemenin kamu sarapan!" Kia merasa nggak enak hati karena dia nggak bisa nemenin suaminya sarapan.
"Nggak apa-apa Sayang." jawab Ray santai, dia tidak mempermasalahkan itu semua.
"Yaudah Sayang, aku berangkat ya." Kia meraih tangan Ray dan mencium tangan suaminya itu, dan Ray langsung mencium kening istrinya. Kia mengucap salam dan jalan keluar kamar buru-buru, dan dia langsung tancap gas ke butik.
Ray sudah rapi, dia turun dari kamarnya, dan jalan ke meja makan. Ray ambil 2 lembar roti tawar yang sudah disiapin Kia, dan Ray olesi roti tawar itu dengan selai kacang kesukaannya. Bu Ratih keluar dari kamarnya, dia melihat Ray sarapan sendirian, dan dia langsung samperin Ray.
"Kenapa kamu sarapan sendirian?" tanya Bu Ratih yang membuat Ray kaget karena dia nggak tau mamanya sudah ada di belakangnya. "Eh Mama, bikin kaget aja! Sini temenin aku." Ray dorong kursi roda mamanya ke samping kursi tempat dia duduk. Bu Ratih masih menggunakan kursi roda karena dia masih lemas, dia masih nggak ada tenaga buat jalan.
"Mana Kia?" tanya Bu Ratih.
“Kia udah berangkat duluan Ma. Soalnya ada orang yang mau ambil bajunya pagi!" jawab Ray santai.
“Kenapa harus Kia yang berangkatnya pagi? Dia kan bisa suruh karyawannya! Udah tau ada suami yang harus diurus!" omel Bu Ratih.
"Kia nggak suruh karyawannya karena ada sesuatu yang ingin dia sampein langsung ke orang itu! Lagian Kia juga udah siapin roti buat aku sarapan. Jadi itu nggak masalah buat aku, Ma!"
“Mama mau kamu menyuruh Kia berhenti kerja, supaya dia fokus jadi ibu rumah tangga saja!” pernyataan Bu Ratih bikin Ray yang lagi makan roti jadi keselek mendengar kata mamanya karena dia kaget, dan Ray pun langsung minum.
“Nggak bisa Ma. Karena sebelum menikah, aku janji akan support karir dia supaya dia bisa jadi designer yang go internasional.”
“Tapi Mama nggak suka melihat Kia nggak mengurus kamu seperti ini, apalagi pulang malam!”
Ray menghela napas panjang, dia pegang pundak mamanya, dan kasih tau mamanya dengan cara pelan, “Ma, Kia itu nggak seperti yang Mama pikir. Dia selalu mengurus semua keperluan aku mulai dari makanan, pakaian yang aku pakai buat kerja, dll. Dia sudah menjadi istri yang baik buat aku. Dan soal Kia pulang malam, itu nggak masalah buat aku, Kia pulang malam karena dia menyelesaikan pekerjaannya, bukan keluyuran."
“Tapi tetap aja Mama nggak suka melihatnya! Karena sebaik-baiknya istri adalah istri yang diam di rumah, dan mengurus suaminya dengan benar!” pernyataan Bu Ratih emosi.
“Sekarang aku tanya sama Mama. Emang salah seorang istri punya mimpi, dan berusaha untuk mencapai mimpinya?”