Ray masih pegang tangan Kia, dia masih menunggu jawaban dari Kia, dia sangat berharap Kia maafin dia dan melupakan kejadian tadi karena dia nggak bisa diem-dieman sama orang yang sekamar sama dia.
“Tapi kamu nggak boleh mengulanginya lagi!” pernyataan Kia setelah dia mikir akan maafin Ray sekarang atau besok-besok. Ray langsung peluk Kia mendengar pernyataan Kia, karena itu artinya Kia udah maafin dia, “Iya Sayang. Aku janji, aku akan cerita semuanya sama kamu dari A sampai Z. Nggak ada lagi yang akan aku tutup-tutupin dari kamu, Sayang!” janji Ray sambil peluk Kia. “Awas ya kalau bohong!” canda Kia sambil cubit pinggang Ray yang bikin Ray meringis kesakitan, dan Kia pun ketawa.
Fika baru pulang dari kantor, dan dia mampir jalan-jalan di taman sambil foto-foto pemandangan. Bibir Fika tidak berhenti tersenyum melihat hasil jepretannya di kameranya, dia nampak sangat bahagia, sudah lama dia tidak menyalurkan hobinya yang suka foto-foto karena dia sibuk kerja. Saat Fika mau beranjak pulang, dia melihat Bu Ratih lagi sama Bik Imah. Bu Ratih baru selesai belajar jalan menggunkan tongkat ditemani Bik Imah karena dia capek duduk di kursi roda terus.
Fika samperin Bu Ratih dan menyapanya, Bu Ratih sangat senang ketemu lagi sama Fika karena dulu saat Fika pacaran sama Ray, dia sangat deket sama Fika.
“Kamu apa kabar Fika?” tanya Bu Ratih senang.
“Baik Tante! Kalau Tante gimana? Kenapa pake kursi roda !?” tanya Fika penuh perhatian.
Bu Ratih cerita soal penyakit jantungnya yang sudah lama dan belum juga sembuh total makanya dia menggunakan kursi roda. Fika kasihan mendengar cerita Bu Ratih, “Aku mau temenin Tante jalan-jalan, boleh nggak?” tanya Fika. “Boleh banget, Fika.” jawab Bu Ratih penuh semangat.
Fika menggantikan Bik Imah menemani Bu Ratih jalan-jalan keliling taman, dan Bik Imah duduk menunggu Bu Ratih yang kursi rodanya didorong sama Fika. Fika dorong kursi roda Bu Ratih sambil menikmati keindahan taman, dia sangat senang bisa ketemu lagi sama Bu Ratih.
“O ya Tante. Aku sama Ray, kerja di kantor yang sama loh!” cerita Fika.
“Serius Fika?” Fika mengangguk mendengar pertanyaan Bu Ratih, “Tapi kenapa Ray nggak pernah cerita ke Tante soal itu!” omel Bu Ratih.
“Fika kan udah nggak penting lagi buat Ray! Makanya dia nggak bahas soal Fika, apalagi cerita tentang Fika.” cerita Fika sambil dorong kursi roda Bu Ratih. “Aku nggak nyangka banget Tante, ternyata Ray jodohnya sama Kia ya!?” lanjut Fika.
“Iya. Seandainya aja dulu kalian nggak putus. Pasti kamu yang jadi menantu Tante!”
“Hehehe...Ya mau gimana lagi, namanya juga nggak jodoh, Tante.”
“Kalau kamu yang jadi menantu Tante. Pasti Tante seneng dan beruntung banget punya menantu yang bisa nemenin Tante jalan-jalan seperti ini!”