Ruangan tersebut dipenuhi dengan bau obat yang menyengat. Rin masih duduk menunggu Nikita di tempat tidur UKS memegang perutnya yang sakitnya mereda. Waktu telah berlalu sekitar 15 menit dan Rin merasa janggal menunggu Nikita yang tak kunjung kembali. Rin menatap layar handphone-nya yang tidak memberikan notifikasi baru. Ia berdecak tidak sabar.
Rin yang telah merasa baikan, memutuskan untuk mencari Nikita. Rin berjalan ke arah toilet dekat UKS. Dari jauh, ia dapat melihat sosok Raymond yang terlihat sedang mengumpat sembari menunjuk-nunjuk ke arah Nikita dengan raut muka merah yang penuh dengan amarah. Detik berikutnya, karena Nikita berlari ke arah seseorang lelaki, Rin mengerutkan alis untuk dapat melihat lebih jelas fitur orang tersebut. Rin menyadari Nikita sedang mencoba menghampiri seorang siswa yang terkenal di sekolahnya yang tak lain adalah Raditya Immanuel. Seingatnya, Rin tidak pernah bercerita mengenai Radit dan Nikita tidak pernah bercerita tentang Radit. Rin bermaksud untuk menghampirinya dan berteriak dari jauh agar Nikita berhenti berlari. Namun, waktu sungguh cepat berlalu. Rin terlambat memberhentikannya membuat Nikita terjatuh dan akhirnya tersungkur di hadapan Radit. Bukannya dengan cepat Radit menangkapnya selayaknya yang terjadi di dalam drama atau membantunya, Radit hanya menatapi raut wajah Nikita yang jelas tampak pucat akibat benturan yang kencang dengan lantai lapangan basket dengan wajah melongo. Rin langsung berlari cepat ke arah Nikita untuk membantunya.
"Ta? Nikita! Bangun" Rin mencoba membangunkan Nikita. Berbeda dengan Radit yang tidak membeku di tempat akibat syok.
"Heh!? Lo!" Rin menunjuk Radit dengan wajah geram. Ia tidak memperhatikan wajahnya dengan seksama. Di benaknya, Nikita sedang dalam krisis dan butuh di bawa ke UKS. Reaksi Radit masih melongo, cengok.
"Gua?" Tanya Radit sembari menunjuk dirinya kemudian menoleh ke kiri-kanan seperti orang linglung.
"Iya! Siapa lagi? Setan!?" Radit itu pun mengambil langkah perlahan mendekati mereka — Rin dan Nikita.
"Oh, kenapa?" Tanyanya masih dalam fase kebingungan, tak percaya apa yang baru saja terjadi.
"Lo punya mata buat lihat dia pingsan kan!?"
"Ah—iya... Sori, gua terlalu syok. Apa yang bisa gua bantu?" Tanya Radit cepat begitu ia sadar bahwa kejadian tadi cukup serius.
"Huh! Di saat begini lo malah cengok! Cepet bawa ke UKS! Liat noh, baju dia kayak gitu. Kotor dan basah! Hampir tembus pandang!" Rin memaki Radit yang lemot. Menyadari kesalahannya, Radit mengambil jaketnya yang berada di tempat duduk untuk menutupi baju Nikita yang kotor dan basah sebelum menggendong Nikita bak putri raja. Semua mata langsung memperhatikan kejadian yang sangat jarang di lihat di sekitar SMA ini.
"Tolong bawain tas olahraga gua sama botol minum gua." Radit meminta tolong sebelum ia berjalan pergi ke UKS. Rin yang berterimakasih karena Radit akhirnya mau membantu Nikita, mengumpulkan barang-barang Radit dengan cepat sebelum mengikutinya dari belakang.
***
Suara bising tanda pulang sekolah membuat Nikita terbangun. Sejenak, Nikita tidak dapat memahami apa yang terjadi di sekitarnya dan mencoba mengingat apa saja yang baru saja terjadi sebelum dia melihat kehadiran Rin di sampingnya dengan tas sekolah milik Rin dan dirinya.