Love Behind The Scenes

Jules
Chapter #6

The Thread of Life or The Dance of Chance?

Hari itu Coffnow terlihat sedikit ramai dari yang biasanya, Cally juga biasanya hanya sekedar duduk di kursi bar dan sedikit-sedikit mencuri pandang untuk melihat Zane, tapi hari itu dia memutuskan untuk mengambil langkah inisiatif. Setelah mendapatkan pesanannya, dia berjalan menuju Zane dan langsung duduk di kursi kosong didepan Zane. “Permisi, kedainya agak penuh nih, aku boleh duduk disini sebentar?” ucap Cally. Zane hanya melirik dan mengagguk kecil. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya, hanya pantulan layar di kacamatanya dan tangannya yang tidak berhenti mengetik.

Cally adalah tipe perempuan yang lugas dan sangatlah ekstrovert, dia terus-terusan mencoba membuka percakapan dengan Zane, namun Zane tidak menggubrisnya. Sampai akhirnya mungkin Zane mulai mengenali suara dari sosok yang sedari tadi tidak berhenti bicara itu dan mulai melepaskan pandangannya dari laptopnya.

“Kau yang menumpahkan kopi ke bajuku ya? Tidak perlu menawarkan ganti rugi, it’s just a shirt,” ucap Zane. Cally pun terdiam sejenak sebelum akhirnya dia tertawa kecil sambil memegang kepalanya menunjukkan betapa salah tingkahnya dia. “Hmm, bagaimana kalau sebagai ucapan maaf, aku mengajakmu makan malam?” ujar Cally. Ketikan Zane terhenti namun tidak ada respon lain selain itu. “Ayolah, bantu aku menghilangkan rasa bersalahku ini.” Cally berusaha meyakinkan Zane. “Aku tidak punya waktu untuk berkencan,” ucap Zane tegas. Namun watak Cally lebih keras daripada penolakan Zane, dia lalu berdiri dari kursinya dan meletakkan serbet yang sudah ia tuliskan nomor ponselnya diatas laptop Zane.

“Just call me please,” ucap Cally sambil tersenyum centil dan melangkah keluar dari kedai itu tapi tak disangka, para penggemar Cally dan jurnalis sudah mengerumuni teras kedai itu dan menutupi akses pintu masuk kedai. Cally diam membatu, dia tidak tahu harus bagaimana. Mungkin ini harga yang harus dibayar dengan ketenaran dirinya sekarang.

Dan hal yang tak terduga terjadi. Sebuah sosok menggenggam tangannya dengan kuat dan menariknya dengan cepat ke arah pintu belakang kedai itu. Detak jantungnya semakin kencang. Panik melanda dirinya, tetapi langkah kakinya mengikuti arahan itu tanpa perlawanan.

Lihat selengkapnya