Moon Bin meletakkan beberapa minuman di hadapan Rocky yang sedang duduk mengamati suasana rumah barunya. Diletakkannya jamuan itu di atas meja dan duduk menghadapnya. Mereka saling berpandangan, kemudian saling menyeringai. Moon Bin beranjak dari tempat duduknya, enggan menatap Rocky.
"Apa dia yang membuatmu kembali ke Korea?" tanya Rocky, setelah meminum kaleng pertamanya.
"Jika kubilang iya, lantas kenapa?" Moon Bin menatap ke arah Rocky.
"Apa kau sudah bersamanya?" tanya Rocky.
"Tidak," jawab Moon Bin sembari melihat keluar jendela.
"Pengecut! Jadi kau benar-benar belum melakukannya sampai sekarang?" senyum kecil terlintas di bibir Rocky.
"Memangnya kau pikir aku ini apa? Seorang yang mengambil kekasih temannya sendiri? Tetapi setelah melihatmu hari ini, aku rasa kau tidak akan keberatan sama sekali. Bukankah kau sudah membuangnya begitu saja?" Moon Bin tersenyum sinis.
"Jaga mulutmu, aku tidak seburuk itu!" Rocky beranjak dari tempat duduknya karena merasa tersinggung.
"Aish,.saekki!" Moon Bin mendorong tubuh Rocky ke sofa. "Tidak buruk katamu? Kau memang gila! Kau menikmatinya dan kau meninggalkannya begitu saja. Kau bilang itu tidak buruk? Apa otakmu tidak berfungsi?" Moon Bin mendaratkan pukulannya ke wajah Rocky. Dan melanjutkan―
"Dengar Minhyuk! Aku tidak mengerti, apa kau masih layak hidup atau tidak? Kau tidak pantas menunjukkan wajahmu lagi di hadapannya. Jika kau bukan temanku, aku sudah pasti mengejar mu sejak dulu untuk kubunuh!" Moon Bin terus meluapkan emosinya.
Moon Bin akhirnya menghentikan pukulannya dan melepaskan Rocky yang tidak melakukan pemberontakan.
"Kenapa kau diam? Ayo, lakukan lagi!" seru Rocky.
Moon Bin kembali mendorong Rocky dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi, Rocky memejamkan matanya, tapi Moon Bin mendaratkan pukulannya pada sebuah vas bunga di atas meja.
"Kenapa kau melakukannya?" Moon Bin memalingkan wajahnya dan berjalan menjauhi Rocky.
Rocky berusaha untuk bangun. Ia menyentuh rahangnya yang terasa bergetar karena pukulan Bin.
"Moon Bin, aku pergi bukan tanpa alasan. Kau yang paling mengenalku, aku tidak pernah melakukannya. Semua itu hanya fitnah!" Rocky mencoba membela diri.
"Lalu kenapa saat itu kau kabur? Apa kau pernah berpikir dampak dari perbuatanmu, dan apa yang terjadi pada Hae Lee setelahnya?" Moon Bin semakin emosi.
"Aku tidak kabur! Hae Lee juga tahu hari itu aku akan pergi." tegas Rocky. "Aku juga terkejut, kenapa itu bisa tersebar begitu saja ketika hari dimana aku harus berangkat ke Korea. Aku yakin, saat itu aku di jebak." Ia berjalan mendekati Moon Bin.
"Omong kosong! Sudah bersalah, masih menyalahkan orang lain." Moon Bin mendekat ke arah Rocky, wajahnya tampak memerah. Entah karena amarah, atau menahan kesedihannya.
"Kau dan Hae Lee bahkan tidak pernah memberikan kesempatan padaku untuk menjelaskan semuanya. Aku pikir kau akan mendengarkan ku, tapi kau juga termakan issue tidak jelas itu. Padahal hanya kau, satu-satunya orang yang bisa aku andalkan saat itu." Rocky menundukkan kepalanya.
"Lalu vidio dan foto-foto yang beredar itu, apa tidak cukup menjadi bukti? Dan kenapa kau mengakuinya sebagai kekasihmu di hadapan semua orang? Sudah jelas itu membuat gosip semakin betebaran." Moon Bin semakin terpancing untuk mengetahui semuanya.
"Sudah kukatakan, aku tidak pernah melakukannya! Aku mengatakan itu karena ingin melindunginya, Bin." tegasnya.
"Melindungi katamu? Dengan cara menidurinya?" teriak Moon Bin.
Rocky menghela nafas panjang, menatap wajah Moon Bin yang terus mendesaknya. Ia bahkan tidak tahu lagi harus bicara apa, setiap ucapan yang keluar dari mulutnya selalu di sangkal. Meskipun terasa sesak, tapi ia juga tidak tau bagaimana menghadapi sahabatnya yang sedang di bakar api amarah dan cemburu.
"Apa kau hanya melihat dari sisi orang lain tanpa mau tahu kebenarannya? Lalu jika benar aku melakukannya, kenapa kau masih mengejarnya? Kenapa kau tidak mencari gadis lain yang lebih baik? Dan kenapa kau tidak datang padanya saat di terluka, kenapa kau hanya melihatnya tanpa melakukan tindakan? Apa kau juga berpikir jika aku dan Hae Lee melakukan hal serendah itu seperti orang-orang menilai kami? Lebih buruk mana kau denganku? Kau pikir Hae Lee perempuan semudah itu untuk di dapatkan!" Rocky mulai kesal.
"Ya, Shibal, saekkiya!!" Moon Bin hampir saja memukul Rocky kembali, tapi Rocky berhasil menangkisnya.
"Lalu kau apa? Kau juga baj*ngan!" Rocky memutar tangan Moon Bin ke belakang dan menguncinya, mendorongnya ke sofa. Ia memeganginya dengan kencang agar tidak balik menyerang.
"Lepaskan aku!" teriak Moon Bin
"Jangan berlaga seperti seorang pahlawan. Kau juga seorang pengecut! Sejak dulu aku sudah memberimu kesempatan untuk mengungkapkan perasaanmu, tapi kau selalu bersembunyi dan diam. Apa bedanya dengan pecundang! Jadi jangan salahkan aku jika aku melakukannya lebih dulu, karena aku juga menyukainya jauh sebelum kau hadir dalam kehidupan kami. Kau bisa bayangkan kan, seberapa intim kami?" Rocky tertawa dan dengan sengaja membuat Moon Bin semakin marah. Jujur dan dusta tidak ada bedanya, semua tidak akan berubah, karena tampaknya Moon Bin sudah benar-benar membencinya.
"Kau―" Moon Bin memutar tubuhnya dan berhasil lepas, ia mendorong Rocky hingga terjatuh.
"Jika saja kau sudah bersamanya, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk pergi dari kehidupannya. Tapi ternyata kau masih orang yang pengecut, jadi jangan salahkan aku kalau dia kembali lagi padaku." Rocky memegang dadanya yang terasa sesak.
"Minhyuk! Ingin rasanya ku robek mulutmu. Pergi kau dari rumahku." Moon Bin menarik tubuh Rocky dan mengusirnya keluar secara kasar.
Brak!
Moon Bin melempar tubuh Rocky sampai pintu terbuka dengan lebar. Di saat yang bersamaan, terlihat seorang perempuan berdiri di depan pintu dan memandang mereka. Tubuh Rocky terjatuh di hadapannya.
Yoon Dae Shi. Dia adalah sepupu Moon Bin yang baru saja kembali ke Korea setelah menyelesaikan kuliah dan bisnisnya. Ia sangat terkejut melihat mereka berdua baru saja berkelahi. Dan wajah Rocky penuh dengan luka memar.
"Apa-apaan ini? Binnie, apa yang kalian lakukan?" Dae Shi membantu Rocky untuk berdiri.
"Noona, kenapa kau bisa datang kesini?"
"Masuk!" tegas wanita itu.
"Biarkan aku memberinya pelajaran!" Amarah Moon Bin masih meluap-luap.
"Hentikan! Aku tidak peduli alasan apa yang membuat kalian bertengkar seperti inj. Kubilang masuk, masuk! Berikan penjelasan padaku." Dae Shi menarik kuping mereka berdua untuk ikut bersamanya.
"Noona, apa yang kau lakukan?" Moon Bin terkejut.
"Aku mengurusmu bukan untuk menjadikanmu seorang preman dan memukuli temanmu sendiri, Bin. Jika kalian berkelahi hanya karena seorang perempuan, maka kalian bodoh! Pakai akal pikira kalian, masuk!" Dae Shi meninggalkan mereka berdua dan masuk ke dalam lebih dulu.
Moon Bin masih menatap Rocky dan berjalan memutarinya, kemudian ia berbisik...
"Jika bukan karena kakakku, aku sudah melemparkanmu ke jalanan."
"Dan setelah kau tahu kebenarannya, mungkin kau akan menyesali semua perbuatanmu hari ini."
Mereka berdua pun kembali masuk ke dalam rumah dan duduk berdampingan. Dae Shi terus menatap mereka berdua yang hanya diam menunduk.
"Apa kalian akan tetap diam seperti patung?" tanya Dae Shi mulai jengkel.
"Noona, biarkan dia pergi. Aku tidak ingin melihatnya lagi." Moon Bin melirik ke arah Rocky.
"Hey, kalian ini kenapa? Bukankah seharusnya kalian bahagia karena bisa bertemu kembali?"