Moon Bin tak sengaja melintasi kamar Yoon Dae Shi dan melihatnya sedang melamun sambil memandang sebuah foto di tangannya. Ia pun masuk dan mengambil foto itu secara tiba-tiba.
"Bin, apa yang kau lakukan? Kembalikan!"
"Tidak!"
Moon Bin merobek foto Cha Eun Woo yang berada di tangan kakaknya dan membuangnya ke tong sampah.
"Noona, kubilang berhenti memikirkan laki-laki itu lagi. Apa tidak cukup menyakitkan apa yang sudah ia lakukan padamu selama ini? Jika aku berada di posisimu, aku akan mencari laki-laki yang lebih baik dari dia," kata Moon Bin.
"Cukup!" Dae Shi menampar Moon Bin.
"Noona?" Moon Bin terkejut.
"Berhenti mengajariku tentang cinta. Kau tidak akan pernah mengerti bagaimana perasaan seorang wanita, cinta itu tidak bisa di paksa. Begitupun kau tidak bisa memaksakan hati seseorang untuk mencintai orang lain jika orang itu masih mencintai cinta pertamanya." Yoon Dae Shi menumpahkan air matanya.
Moon Bin terdiam.
"Lalu bagaimana jika orang yang kau cintai sudah bersama orang lain?"
"Hanya ada dua pilihan. Berhenti seperti seorang pengecut, dan berjuang selagi masih ada kesempatan."
"Kalau begitu, aku memintamu untuk berhenti memikirkan laki-laki itu, noona!" tegas Moon Bin.
"Keluar kau dari kamarku! Keluar!"
Yoon Dae Shi mendorong tubuh Moon Bin dan menunjuk ke arah pintu. Kemudian menutupnya dengan keras dan di kuncinya pintu itu. Sementara Moon Bin berusaha mencerna apa yang baru saja di dengarnya. Tamparan tadi bukanlah tamparan pertama yang ia dapatkan dari sepupunya itu. Tapi kali ini, hatinya pun ikut tertampar.
Moon Bin masih merenung.
"Mungkinkah Hae Lee masih mencintai Minhyuk, meskipun ia tahu Minhyuk sudah bersama orang lain."
Ia masuk ke dalam kamarnya dan menatap langit-langit kamar.
"Ah entahlah, kenapa jatuh cinta harus serumit ini."
***
Setelah menyelesaikan kelas pertamanya, Hae Lee segera pergi menuju ke kantin untuk menemui teman-temannya yang sudah menunggu sejak tadi.
“Nah, itu Hae Lee.” Ucap Hwang Siska yang baru saja melihatnya.
“Annyeong, mianhe. Sudah menunggu lama yah?.” Hae Lee segera duduk dan bergabung bersama mereka.
“Enggak kok santai aja, cuma telat 20 menit dari perkiraan,” jawab Kim Yuli melihat jam di tangannya dengan cemberut.
“Yaelah, 20 menit doang.” Hae Lee menggodanya.
“20 menit doang?” tanya Kim Yuli.
"Hae Lee, kau harus belajar untuk tepat waktu." Go Hera memalingkan wajahnya.
"Mianhe, eonnie."
Sepertinya teman-temannya sedikit merasa kesal karena Hae Lee selalu datang terlambat setiap kali ada janji dengan mereka. Tapi, beberapa hari ini dia memang sedang mengalami banyak hal yang membuatnya selalu terlambat.
“Ok, aku minta maaf, sebagai gantinya hari ini kalian boleh pesan makanan apa saja, aku yang traktir. Gimana?” Hae Lee menatap teman-temannya.
"No, no, no! Untuk hari ini, aku yang traktir kalian makan."
Han Rully tiba-tiba saja datang dengan tergesa-gesa. Tampaknya, hari ini ia terlihat lebih bahagia dari hari biasanya.
“Ada apa gerangan?” tanya Hae Lee.
Ia segera duduk dan mengatur nafasnya dalam-dalam. Kemudian berteriak dengan riang.
"Aku sudah punya pacar, lalala yeyeyeye."
"Siapa yang mau dengan kakak?" tanya Kim Fanny.
"Hishh kau ini, bicara sembarangan. Ini pacar baruku!" Han Rully menunjukkan foto pacarnya kepada mereka semua."Bagaimana, tampan kan?" Rully terlihat sangat bahagia.
Semuanya terdiam dan saling berpandangan satu sama lain.
"Bahaya," gumam Kim Fanny pelan.
"Aku mencium bau-bau tidak sedap," sambung Hera.
"Bau itu makin dekat gak sih?" tanya Siska sembari mengendus-ngendus.
"Dia siapa?" tanya Hae Lee.
"Yoon Sanha!" tegas Han Rully.