Fanny merasa sangat lega karena kelasnya telah usai. Dia merapikan buku-bukunya dan pergi keluar dari kelas. Pada saat yang bersamaan, Vei Ni baru saja akan masuk kelas dan bertabrakan dengannya. Mereka saling berpandangan, tapi tak saling bicara.
Saat Fanny melanjutkan langkahnya, Vei Ni dengan sengaja melontarkan kakinya agar ia terjatuh. Fanny pun tersandung dan semua buku-buku yang berada di dekapannya berhamburan.
"Dek, kamu tidak apa-apa?" seorang wanita berlari ke arahnya dan membantunya untuk berdiri.
"Tidak apa-apa, kak, terima kasih yah."
Fanny pun menoleh ke arah Vei Ni yang saat itu masih berdiri di sana sembari tertawa kecil. Fanny yang kesal pun mendorongnya.
"Heh, maksud kamu apa bikin aku jatuh? Ada dendam apa sih kamu, hah?" bentak Fanny.
"Biasa aja kali gak usah main otot, situ aja yang jalan gak pakai mata!" balas Vei Ni sembari menunjuk matanya.
"Dari pada kamu, gak punya otak!"
"Eh, eh, udah. Kalian jangan ribut. Dek, tadi aku liat kamu sengaja bikin dia jatuh, ayo minta maaf!" wanita itu berdiri di antara mereka berdua.
"Minta maaf? Orang aku gak sengaja."
"Sengaja kan, pasti." Fanny hendak mendorong Vei Ni lagi, tapi tangannya di tepis oleh seseorang yang baru saja keluar dari dalam kelas.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Cha Eun Woo keluar.
Suara itu, suara yang tidak asing lagi di telinga Dae Shi. Suara yang sudah lama tidak ia dengar, tapi tetap sama dan tidak berubah. Ia memberanikan diri untuk menoleh ke belakang dengan perlahan, dan―
Kedua mata yang sudah lama tidak saling menatap itu kembali saling memandang. Matanya semakin lama berubah menjadi sayu dan bertumpuk air mata yang di tahan untuk tidak terjatuh. Dengan langkah yang amat pelan, keduanya saling mendekat. Ada rasa yang tak bisa di jelaskan. Senang, sedih, kecewa, canggung, rindu, dan mungkin juga sakit yang bercampur menjadi satu.
"Cha, Eun, Woo!" Dae Shi segera menunduk dan menghapus air matanya.
"Yoon Dae Shi," perlahan ia berjalan mundur dan memalingkan wajahnya. Menutupi kantung matanya yang sudah memerah.
Mereka terdiam tak lagi saling bicara. Dae Shi berusaha menutupi kesedihan dan mengacuhkan lelaki itu, ia memutuskan untuk segera pergi dari sana. Tapi tiba-tiba saja, Fanny meraih tangannya.
"Eonni, kau baik-baik saja?"
Dae Shi memeluk Fanny secara tiba-tiba dan mengelus kepalanya. Sebenarnya, hal itu sangat ingin ia lakukan kepada pria yang saat ini berada di hadapannya. Memeluknya seperti saat dulu lagi dan melepas kerinduan yang sudah bertahun-tahun ia pendam sendiri. Setelah puas, ia melepas pelukannya.
"Siapa namamu anak cantik?" tanya Dae Shi.
"Aku Kim Fanny." Fanny membungkukan tubuhnya. —tanda memberi salam di Korea.
"Fanny, apa kau kenal dengan Yoon Sanha?" tanya Dae Shi.
"Kak, aku mengenalnya." Jawab Vei Ni secara tiba-tiba. Dae Shi pun menoleh, tapi Fanny kembali menarik tangannya.
"Aku mengenalnya." Fanny menatap Cha Eun Woo yang masih berdiri di ambang pintu.
Eun Woo pun segera masuk kembali ke dalam kelas dan menyuruh Vei Ni untuk segera ikut masuk memulai mata kuliahnya.
"Kau mengenal adikku? Kalau begitu, boleh aku minta tolong untuk mempertemukanku dengannya?"
"Adik?" Vei Ni terkejut.
"Oh tentu, jadi eonni ini kakaknya Yoon Sanha. Namanya siapa, biar aku tidak lupa?" Fanny mendelik ke arah Vei Ni dan melempar senyum kecut.
"Yoon Dae Shi."
Vei Ni masuk ke dalam kelasnya dengan kesal. Setelah itu Kim Fanny pun mengantar Dae Shi untuk bertemu Yoon Sanha. Tetapi karena Sanha belum menyelesaikan mata kuliahnya, mereka pun menunggu di kantin.
"Eonni, terima kasih yah karena tadi sudah menolongku. Mianhe, sepertinya aku tidak bisa menemani lagi disini. Boleh ku tinggalkan eonni sendiri? Biar nanti ku hubungi temanku yang satu jurusan dengan Sanha oppa, untuk menemui eonni disini." Kim Fanny merasa tidak enak karena harus pulang lebih awal.
Yoon Dae Shi mengangguk dan tersenyum. "Tak apa, dek. Aku akan menunggunya disini."
"Kalau begitu, aku permisi."
Kim Fanny pun pergi dengan terburu-buru. Setelah kepergiannya, Dae Shi tampak merenung. Mengingat lagi pertemuan pertamanya dengan Cha Eun Woo setelah sekian lama. Pilihan yang ia ambil sebelumnya memang salah, tapi seharusnya lelaki itu juga tidak pergi begitu saja.
Tiba-tiba saja seseorang meletakkan minuman di hadapan Yoon Dae Shi. Ya, dia adalah Cha Eun Woo. Pria itu menarik sebuah kursi dan duduk di hadapan Yoon Dae Shi.
"Bagaimana kabarmu?"
"Baik," jawab Dae Shi singkat.
"Baguslah kalau begitu. Sepertinya aku juga melihatmu baik-baik saja, bisnismu juga sudah terkenal di Korea. Sudah selesai mengejar mimpinya?" Eun Woo terdengar sedang mengungkit masa lalu.
"Tidak ada kata selesai dalam mengejar mimpi, karena setiap orang punya tujuan yang berbeda setiap waktunya. Kesuksesanku hanya sebagian dari kerja kerasku, sementara mimpiku mungkin masih jauh."
"Lantas untuk apa kau kembali?"
"Untukmu!" jawabnya sembari menatap mata lelaki itu.
"Lelucon yang sangat lucu. Setelah mengingkari janjimu, kau masih berusaha untuk membohongiku." Eun Woo tertawa.
Kemudian keduanya kembali terdiam dan hanya saling menatap. Mungkin keduanya sedang membayangkan hubungan mereka yang harus berakhir dengan ketidak jelasan. Tak pernah ada kata usai, namun menyesakkan.
"Baik, pembicaraan kita sudah selesai." Eun woo beranjak dari tempat duduknya.
"Nunu-ya!"