MJ menghentikan mobilnya secara mendadak karena terlihat jera mendengar Kim Yuli terus membicarakan tentang lamaran Jinjin semalam. Kim Yuli juga terus membahas pernikahan Rocky dan Go Hera yang tinggal beberapa bulan lagi.
"Jadi kapan kamu siap menikah?" tanya Mj.
"Menikah?" Kim Yuli terkejut.
"I now, aku memang tidak seromantis Jinjin ataupun Rocky. This is me, baby. Aku bukan mereka, tapi aku juga bisa melakukannya. Aku selama ini hanya menghargai keputusanmu."
Mj menghela nafas sebelum mepanjutkan. "Jadi tolong, kamu juga hargai aku. Setidaknya jangan selalu membicarakan mereka dan terus membanding-bandingkannya denganku. Mianhe!" menarik Yuli ke dalam pelukannya.
"Oppa, mianhe. Aku tidak ada maksud seperti itu. Aku juga tidak membandingkanmu dengan mereka."
"Jika kamu sudah siap untuk menikah, aku akan datang menemui kedua orang tuamu. Kapan kau mau? Hari ini pun aku siap."
"Hah?" Kim Yuli melepaskan pelukannya.
Kim Yuli terdiam, tatapannya kosong ke depan. Ia membayangkan banyak hal yang akan terjadi setelah menikah nanti. Tidak hanya untuk dirinya, tapi juga keluarga, teman-teman dan kariernya.
"Oppa, apa setelah menikah aku masih boleh bekerja?"
"Tidak, untuk apa?"
"Aku masih punya banyak impian." Kim Yuli menunduk.
"Apa menikah itu bukan impian? Bukankah seharusnya wanita itu senang jika ada laki-laki yang mau serius sama dia?"
"Tidak semua wanita!" tegas Kim Yuli. "Menikah itu bukan prioritaskan?"
"Tapi tujuan kita pacaran itu untuk menikah kan?" Mj mengubah posisi duduknya menghadap Yuli.
"Tapi setelah lulus kuliah aku masih ingin bekerja."
"Chagiya, aku akan berusaha memberikan semua yang kamu inginkan. Kamu tidak perlu takut. Kenapa kamu harus capek-capek kerja di luar? Mengurus suami juga termasuk pekerjaan yang mulia kan?"
"Oppa!" Kim Yuli mulai tersinggung dengan ucapan kekasihnya.
"Kalau kau masih ingin bekerja setelah menikah, kau masih bisa kerja di kantorku. Kau mau jabatan apa? Bisa kau duduki." lanjutnya.