Hae Lee telah terbaring koma di rumah sakit selama lebih dari enam bulan sejak kecelakaan yang menimpanya. Keadaannya sangat kritis, dan hingga saat ini, dokter tidak bisa memastikan kapan ia akan sadar.
Polisi telah menyelidiki kasus ini, namun misteri mengenai apa yang terjadi malam itu masih belum terpecahkan. Dr. Moon Bin, yang selalu berada di sisi Hae Lee setiap malam, tampak semakin lelah.
Meskipun libur kerja, ia tetap datang untuk menjaga gadis itu, berharap menjadi orang pertama yang tahu jika ada perkembangan dalam kondisi Hae Lee. Penyesalan mendalam merasuki dirinya karena malam itu, ia tidak bisa berbuat apa-apa.
“Bin…” Seseorang menepuk bahunya.
Moon Bin menoleh, melihat Rocky berdiri di belakangnya. Dengan lembut, Rocky menyentuh kedua bahu Moon Bin dari belakang.
“Bin, kau terlihat sangat lelah. Pulanglah dan istirahat. Biarkan malam ini aku yang menjaganya,” ujar Rocky, sambil menarik kursi dan duduk di samping Moon Bin.
Moon Bin melepaskan genggaman tangannya dari Hae Lee, menatap Rocky dengan mata yang penuh kesedihan.
“Kapan dia akan membuka mata?” tanya Rocky.
Moon Bin menggelengkan kepala, matanya memerah dan menahan air mata. “Rocky, apakah kau benar-benar sudah melupakannya?” tanyanya.
Rocky menunduk. “Aku…”
“Apa kau tidak pernah menyimpan perasaan sedikit pun padanya? Sedikit saja di hatimu?” Moon Bin menatap Rocky dengan penuh harapan.
“Kenapa kau bertanya seperti itu?” tanya Rocky, kebingungan.
“Aku selalu menemaninya sepanjang malam. Tapi semalam, aku mendengarnya memanggil namamu dalam tidur panjangnya. Rocky, aku tidak ingin menjadi egois dan memaksakan kehendakku sendiri. Aku tidak akan bersama seseorang yang hatinya bukan untukku,” ujar Moon Bin dengan tegas. Ia berdiri, emosinya meluap.
“Bin-ah, ini semua salahku,” Rocky menjelaskan dengan suara penuh penyesalan.
“Apa maksudmu?” Moon Bin menoleh.
“Aku memang menyukainya,” kata Rocky, menggenggam tangan Hae Lee dengan lembut. “Bin, ada yang bilang bahwa tidak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan. Salah satu dari mereka pasti terlibat perasaan. Begitulah kami.”
“Kenapa kau tidak katakan semuanya padaku dari dulu? Mungkin aku tidak akan terbelit perasaan seperti ini,” Moon Bin berkata dengan penuh penyesalan.
“Aku melakukannya karena aku menghargaimu, Bin. Kau sudah banyak melewati penderitaan. Jika salah satu cara membuatmu bahagia adalah Hae Lee, maka aku akan melakukannya...” Rocky mengusap kepala Hae Lee lagi. “Hae Lee juga sudah banyak melewati penderitaan dalam hidupnya. Aku rasa kalian akan saling melengkapi. Aku percaya kau bisa menjaganya, itu sebabnya aku memutuskan untuk pindah ke Korea dengan tenang. Aku tidak bisa kuat melihat kalian bersama.” Rocky meneteskan air mata, diikuti oleh Moon Bin.
“Rocky-ssi?” Moon Bin mendekat dengan penuh penyesalan. “Kau benar, aku ini pengecut. Dari dulu aku tidak pernah berani mengungkapkan perasaanku padanya. Tapi aku berjanji, setelah dia sadar, aku akan mengatakannya,” ucap Moon Bin dengan sungguh-sungguh.
“Bin, aku harap kau benar-benar melakukannya kali ini,” kata Rocky, menepuk bahu sahabatnya.