Love Destiny

Koran Meikarta
Chapter #1

Prolog - Awal mula

Lelaki. Satu makhluk fana yang sangat Kinara benci seumur hidupnya. Bukan. Bukan benci tapi dendam, dendam membara yang telah mereka hadirkan dalam hati gadis manis itu. 

Dendam pula yang membuatnya menjadi pribadi yang berbeda. Di saat teman-teman sebayanya tengah asik dimabuk asmara, ia malah enggan memikirkannya. Menjauh adalah solusi yang tepat baginya.

"Kinara, aku mau bicara?" ujar seorang laki-laki dengan ragu-ragu. Kinara hanya menoleh untuk sesaat, mengurusi hal yang sangat tidak penting bukanlah prioritasnya. 

Merasa tidak mendapat respon yang berarti, laki-laki itu mencoba peruntungannya dengan menggenggam jari jemari gadis manis di hadapannya. Namun, belum sempat itu terjadi, Kinara mulai angkat suara.

"Jika itu penting katakan, jika tidak pergilah! Aku tidak ingin mengurusi hal- hal yang tidak berguna." Melihat raut dingin Kinara, laki-laki yang bernama Alan itu hanya bisa menelan ludah kasar. 

Sempat terlintas rasa sesal telah mengusik sang dewi dari tidur panjangnya, namun sudah terlanjur. Tidak apa. Meski akhirnya ia harus mendapat ucapan ketus andalan Kinara.

"A-aku hanya ... hanya ... ahh iya kapan kita mengerjakan tugas Bahasa? Bukankah besok giliran kelompok kita?" Alan gugup saat dirinya mendapat sorotan mata dingin Kinara.

"Bukankah sudah ku bilang sebelumnya, aku yang akan mengerjakannya?" Kinara menatap Alan dengan pandangan mata yang terlihat menyipit. 

Kinara memang termasuk salah satu murid berprestasi di sekolahnya, hingga tak jarang ia pun sering dimanfaatkan oleh sekelompok murid tidak bertanggungjawab, meski begitu tak masalah baginya asal mereka tidak mengusik garis teritorialnya.

"Bukan. Bukan itu. Maksudku, ehm, eh apa kau tidak butuh bantuan dariku? Eh, maksudku dari kami ..." laki-laki itu terlihat salah tingkah, ia merutuki mulutnya yang selalu asal bicara.

"Tidak. Pergilah! Kau mengganggu pekerjaanku." Kinara kembali sibuk dengan tumpukan kertas yang sedang dikerjakannya . Sementara Alan, laki-laki itu hanya melongo mendengar ucapaan terakhir Kinara. Apakah ia baru saja diusir secara tidak hormat?

"Tapi--" Kinara menatap tajam laki-laki yang tidak mau pergi di hadapannya. Membuat bahu Alan terkulai lemas. Apakah tidak ada kesempatan? Padahal aku belum memulainya, fikir Alan.

Akhirnya, meskipun dengan berat hati Alan mau meninggalkan gadis itu dan kembali ke mejanya. Setidaknya dari sini aku bisa melihat wajah Kinara, batin Alan.

Kinara hanya bisa menghela napas panjang, akhirnya ia dapat menyelesaikan pekerjaannya, setelah berjam-jam ia bergelut dengan tumpukan buku. 

Ini semua karena Alan. Laki-laki itu, hanya bisa mengganggunya saja. Sampai-sampai ia menghabiskan waktu lebih lama dari biasanya, hanya untuk meladeni semua pertanyaan yang tidak bermutu baginya, dan bodohnya ia malah menanggapi hal itu.

Sejenak Kinara teringat akan kisah hidupnya dulu. Entah apa yang dia rasakan, tidak ada yang tahu. Selama ini, takdir seolah tak berpihak kepadanya. Kemalangan datang secara beruntun dalam hidupnya, mulai dari ia masih kecil hingga sekarang.

Mungkin bagi orang yang tidak mengenalnya dengan baik hanya bisa berpikir bahwa hidupnya terlampau sempurna, memiliki paras yang terhitung manis, pintar dan juga kaya. 

Lihat selengkapnya