Hari telah berganti. Mentari pagi menyusup, melewati tirai kamar Kinara yang masih tertutup. Membuat gadis cantik itu sedikit terusik saat sebagian sinar mentari, menerpa wajahnya. Perlahan Kinara membuka matanya, ia kemudian bangun dan membersihkan diri saat melihat kearah jam yang menunjukkan angka enam.
Masih ada waktu sekitar setengah jam untuknya bersiap-siap. Jarak antar sekolah dan rumahnya tidak begitu jauh, perlu sekitar sepuluh menit untuknya sampai di sekolah.
Ketika Kinara turun, rumah tampak sepi. Hanya ada beberapa pelayan yang bertugas menyiapkan sarapan dan membersihkan rumah saat pagi, selain itu tidak ada. Mungkin kakeknya telah berangkat lebih dulu.
Kinara tak ambil pusing, ia langsung memakan sarapannya dan berangkat sekolah yang diantar oleh supir pribadinya.
Memang, setiap pergi kemana pun, Kinara selalu diantar oleh supir pribadi. Ini semua karena perintah kakeknya yang tidak ingin Kinara pergi dari pengawasannya.
Kinara sampai di sekolah tepat pada waktunya. Ia berjalan dengan tenang kearah kelasnya. Suasana sekolah terlihat ramai, banyak murid yang baru datang. Sepanjang koridor Kinara mendengar semua murid membicarakan tentang murid baru di kelasnya. Murid baru? Tanyanya bingung.
Mungkinkah karena tidak sekolah sehari membuatnya ketinggalan berita? Kinara memang baru masuk sekolah, setelah kemarin mengalami demam tinggi dan pingsan. Ia di temukan oleh Bi Sum yang saat itu berniat menge-cek keadaan Kinara yang terlihat pucat.
Tanpa menunggu lama, Kinara langsung di bawa ke rumah sakit. Ia juga terpaksa menitipkan tugasnya dan sekarang, ia baru tahu jika di kelasnya ada murid baru.
Sesampainya di depan kelas, suasana terlihat lebih ramai dari biasanya. Kinara melihat sebuah meja yang dikelilingi banyak orang, kebanyakan dari mereka adalah perempuan. Suara pekikan senang dapat ia dengar dari sebagian gadis-gadis itu.
Ingin rasanya Kinara mengabaikan hal itu. Namun tak bisa, karena meja yang sedang mereka kerumuni adalah miliknya.
"Minggir!" gertak Kinara. Sayang, semua terlalu sibuk, hingga tidak ada yang mau mendengarkan suaranya.
Karena kesal melihat semua orang masih menghalangi jalannya, Kinara langsung menabrakkan dirinya ke depan seorang gadis yang tengah berdiri membelakanginya, hingga membuat gadis itu dan beberapa gadis di sampingnya terjatuh ke lantai.
Gadis itu menggunakan kedua tangannya dengan sekuat tenaga, untuk menyikirkan kerumunan manusia yang menghalangi jalannya.
Semua orang perlahan mulai mundur secara teratur. Beberapa diantaranya menatap Kinara terkejut, takut, ada juga yang tidak suka dan marah.
Namun tampaknya hal itu tidak berpengaruh apa pun terhadap Kinara yang tatapan sedang terfokus pada orang yang tengah duduk di bangkunya.
Matanya menatap tajam, setajam silet. Semua orang yang menyadari aura gelap menguar di tubuh Kinara mulai ketakutan, mereka kembali ke tempat duduknya masing-masing.
Melihat semua orang yang tiba-tiba ketakutan membuat orang yang sedang di tatap oleh Kinara merasa bingung. Apa yang terjadi?
"Pergi!" usir Kinara sambil menatap dingin orang itu.