Suara riuh alat musik dan juga sorak sorai para siswa sungguh memekakkan telinga. Hari ini adalah hari perpisahan informal bagi para siswa kelas dua belas SMA Cipta Bangsa. Perpisahan informal itu dilakukan dengan pentas seni atau lebih tepatnya pertunjukan band sekolah. Kini saatnya momen penghargaan dari siswa. Ada berbagai kategori, mulai dari guru killer, guru terlucu, guru favorit, sampai guru terbaik.
“Sekarang ini, penghargaan sebagai guru terfavorit. Guru terfavorit kita adalah… Ibu Alana!” seru Andre, vokalis band sekolah.
“BU ALANA! BU ALANA!” terdengar sorak siswa yang menonton.
Alana tersipu malu, namun beberapa siswa mendorongnya agar naik ke panggung. Alana menaiki panggung dengan wajah memerah. Andre sebagai vokalis band sekaligus perwakilan siswa memberikan buket bunga untuk Alana sebagai hadiah.
“Makasih ya,” ucap Alana sambil menerima buket bunga itu.
Alana kemudian turun dari panggung diiringi sorak siswa yang mengaguminya. Meski menjadi guru termuda di SMA Cipta Bangsa dan baru mengajar tiga tahun disana, Alana sudah menjadi guru favorit para siswa. Tidak hanya cantik, Alana juga baik hati dan ramah, membuat para siswa nyaman berada di dekatnya.
“Udah aku bilang, pasti eonni yang jadi guru favorit!” ucap salah satu siswa kelas dua belas.
Alana menoleh ke sumber suara. Gadis itu bernama Lily, salah satu siswa yang dekat dengannya. Lily selalu memanggil Alana dengan panggilan Eonni. Gadis itu tergila-gila dengan yang namanya K-Pop dan drama dari negeri ginseng itu.
“Udah aku bilang juga, jangan panggil Eonni di sekolah!” tegur Alana sambil tersenyum.
Lily tertawa kecil, “aku udah lulus tahu. Tinggal nunggu ijazah aja. Masih enggak boleh nih panggil Eonni?”
“Ya udah kalau gitu, boleh. Mentang-mentang udah lulus ya!”
Lily tersenyum senang dan mengaitkan tangannya ke lengan Alana, “resmi dong, jadi kakak adik! Nanti jangan sedih ya kalau aku udah kuliah! Tapi aku nanti kangen sama Eonni, gimana dong? Aaah! Padahal aku sayang banget sama Eonni! Udah, resign aja terus temenin aku kuliah. Eonni ambil magister aja, jadi bareng deh!” celoteh Lily.
Lily adalah anak manja. Begitu yang Alana tangkap sejak bertemu pertama kali. Saat di kelas, Lily sering malas-malasan. Alana masih ingat bagaimana beberapa guru mengeluhkan sikap Lily. Tapi, saat Alana mendekati Lily, Lily menerimanya dengan tangan terbuka. Lily lelah diperintah dan diatur. Harus menjadi temannya dulu baru Lily mau mendengarkan.
“Selamat ya Bu Alana, jadi guru favorit lagi.”
Lukman, salah satu staf tata usaha menghampiri Alana. Lily menatapnya sekilas. Alana tidak hanya populer di kalangan siswa, tapi juga guru dan staf tata usaha. Kabarnya, Lukman salah satu penggemar Alana.
“Oh iya, terima kasih Pak Lukman,” ucap Alana masih dengan senyum manisnya. Lukman lalu pamit dan berlalu dengan canggung. Semua orang yang melihat bisa tahu kalau Lukman benar menyimpan perasaan pada Alana.
“Nah kan, sekarang kelihatan jelas. Si Pak Lukman itu naksir Eonni!” ujar Lily. Beberapa kali Lily sudah memberitahu Alana tentang Lukman.
“Ya biarin aja. Yang penting aku setia aja sama pacarku,” jawab Alana sambil tertawa.
“Revan oppa itu kapan mau nikahin eonni? Ah, nanti udah nikah aku banyak dicuekkin lagi!”
Alana hanya tersenyum kecil. Menikah, adalah sesuatu yang belum pernah Alana bayangkan. Revan, laki-laki yang sudah dipacarinya selama lima tahun itu masih belum memberinya kepastian. Tidak salah juga, usia mereka masih muda, baru dua puluh lima tahun.
“Eonni, ayo sini kita foto-foto dulu!” ajak Lily sambil membuka kamera ponselnya.
Alana dan Lily mulai berpose untuk foto. Tidak lama kemudian, beberapa siswa juga menghampiri Alana dan mengajaknya foto bersama. Alana masih terlihat seperti seumuran dengan siswanya. Hanya berbeda pakaian saja. Setelah itu, mereka menikmati lagu-lagu yang dibawakan band sekolah dan pertunjukan seni lainnya.
Begitu acara berakhir dan seluruh siswa serta guru bubar untuk pulang ke rumah masing-masing, baru Lily melepaskan Alana. Gadis itu terus berceloteh tentang teman-temannya, drama yang baru ia tonton dan juga konser yang ingin ia datangi. Diam-diam Alana mengasihani Lily, bertanya-tanya apakah tidak ada orang di rumahnya yang bisa mendengarkan semuanya.
“Eonni bener enggak mau aku antar pulang? Aku dijemput supir, kok. Yuk pulang sama aku aja!” ajak Lily.
Alana menggeleng. Lily pasti tidak akan langsung mengantarnya pulang. Pernah Lily mengantar Alana pulang, tapi sebelum pulang Lily menculiknya ke mall untuk makan, nonton film dan juga belanja. Alana merasa tidak enak pada Lily sejak itu.