Sudah dua hari sejak Abi bicara mengenai perjodohan. Sejak itu Alana menghindari bicara dengan Abi. Alana bahkan menolak sarapan di rumah agar tidak lama-lama bertemu dengan Abi. Sepulang bekerja, Alana langsung masuk kamar dan menolak makan malam. Ini adalah bentuk protes Alana. Berharap Abi akan mengalah.
Tapi ini hari Minggu, dan Alana tidak bekerja. Sekolah jelas libur. Alana tidak punya tempat melarikan diri dari Abi. Matahari sudah meninggi, namun Alana masih mengurung diri di kamarnya. Ia menatap saldo tabungan hasil Alana bekerja. Tabungan yang Alana siapkan untuk sekolah lagi. Alana bercita-cita menjadi seorang dosen. Untuk mencapai mimpinya, Alana tahu ia perlu mengambil program magister bahkan kalau bisa, ingin menjadi seorang doktor
Tiga tahun lalu saat Alana mengatakan mimpinya pada Abi dan Ummi, Abi menyuruh Alana untuk menabung. Mereka bukan keluarga kaya, jadi jika Alana ingin meraih mimpinya, Alana harus bekerja dan menabung. Gelar sarjana yang ia peroleh dari Pendidikan Biologi membantunya mendapat pekerjaan saat ini. Meski Alana mencintai pekerjaannya sekarang, tetap saja Alana bercita-cita menjadi seorang dosen.
“Lana, buka pintunya.”
Terdengar suara Ummi dari balik pintu kamar Alana. Alana ingin pura-pura tidur dan menghindari Ummi, namun Alana tahu kalau Ummi tidak bisa dibohongi. Lagipula, mau sampai kapan Alana bersikap seperti ini?
“Keluar, Lana. Ummi sama Abi mau bicara. Kamu enggak bisa diam terus seperti ini,” ucap Ummi saat Alana membuka pintu.
Alana mengikuti Ummi ke ruang tamu. Abi sudah duduk disana dengan wajah dinginnya. Abi terlihat kesal, karena anak perempuannya itu menghindar selama dua hari. Abi paling tidak menyukai anak yang tidak patuh.
“Ndak mau lagi kamu lihat wajah Abi?” tanya Abi dingin saat Alana duduk di hadapannya.
Alana menggelengkan kepalanya. Sekarang bukan waktunya berdebat dengan Abi. Mengingat bagaimana temperamennya Abi, Alana tidak berani untuk melanjutkan aksi protesnya sekarang.
“Dengar, Abi dan Ummi ndak sembarang pilih calon suami. Dia ini baik, seorang arsitek, dari keluarga kaya. Apalagi yang kurang? Nenek Aisyah yang berani menjamin,” ucap Abi.
Nenek Aisyah ibu kandung Abi. Alana sangat menyukai neneknya itu. Neneknya adalah nenek yang paling mengerti Alana. Tapi rupanya, laki-laki itu pilihan Nenek Aisyah. Alana merasa semakin kacau.
“Lana, kamu sudah banyak membuang waktu. Nunggu Revan yang bahkan enggak ada rencana serius sama kamu, mau sampai kapan?” ucap Ummi.
“Lana mau kuliah S2 dulu Abi, Ummi. Lana belum mau menikah.”