Love Eventually

Yusrina Imaniar
Chapter #10

Hari Pernikahan

Kebaya putih yang cantik sudah membalut tubuh Alana dengan sempurna. Siger sunda menghiasi kepala Alana. Semua orang memujinya cantik sejak pagi. Hanya saja riasan wajahnya tidak mampu menutupi kegugupan yang Alana rasakan.

Sebentar lagi, dalam hitungan menit, Alana akan resmi menjadi istri seseorang. Laki-laki yang baru ia kenal selama satu bulan. Semalam Ummi terus berpesan pada Alana, agar menjalani pernikahan dengan ikhlas. Menunaikan kewajiban Alana sebagai istri adalah sebuah keharusan. Alana hanya bisa mengiyakan, meski dalam hatinya ia tidak tahu harus berbuat apa.

“Mbak, catin1 pria sudah siap,” ucap salah satu petugas wedding organizer yang mengenakan setelan jas rapi.

Alana bangkit dari duduknya dibantu oleh petugas WO yang bertugas mendampinginya. Jantung Alana berdegup kencang. Langkah Alana terhenti saat ponselnya bergetar.

“Boleh aku angkat dulu ini?” tanya Alana pada petugas WO yang bernama Eva itu. Eva tersenyum dan mempersilakan. Meski hanya sederet angka, Alana tahu siapa peneleponnya.

“Halo?” ucap Alana saat mengangkat teleponnya.

Orang di ujung telepon membutuhkan waktu sedikit lama sebelum akhirnya bicara, “selamat untuk pernikahan kamu, Lana. Maafkan aku enggak bisa datang.”

“Kenapa?” tanya Alana dingin.

Karena aku enggak siap melihat kamu menikah dengan laki-laki lain, tapi aku juga terlalu pengecut untuk menikahi kamu. Aku enggak pernah berpikir kalau kamu benar-benar akan menikah sama orang lain dan ninggalin aku.”

Tanpa membalas, Alana memutus sambungan teleponnya dan mematikan ponselnya. Sekarang ini rasa amarah menggelegak dalam dirinya. Revan membuatnya emosi. Sejak putus Revan tidak menghubunginya seolah Alana bukan seseorang yang penting. Namun kini, di hari pernikahannya lelaki itu meneleponnya seolah menjadi korban dalam hubungan ini.

Berbeda dengan sebelumnya, langkah Alana kini mantap. Ia melangkah tanpa perlu dituntun Eva. Hingga akhirnya Alana berdiri di pintu ballroom, berdiri di samping Alvaro yang bertugas mengantarnya ke pelaminan. Zidan berdiri di sana, gagah dengan senyum manisnya.

“Kak, udah siap?” bisik Alvaro pada Alana.

Alana menganggukkan kepalanya. Sekarang masa depannya adalah Zidan, tidak ada ruang lagi untuk Revan. Alana berhadapan dengan Zidan kini. Zidan menggenggam tangannya sebelum duduk di pelaminan.

“Kamu yakin? Kamu enggak akan menyesal?” tanya Zidan memastikan lagi.

“Aku enggak akan menyesal menikah sama kamu,” jawab Alana mantap.

Zidan kemudian duduk bersama Alana di pelaminan. Nasihat-nasihat pernikahan diberikan oleh penghulu dan juga ustadz yang ada di sana. Hingga kini tiba saatnya Zidan mengucapkan ijab kabul. Abi juga sudah siap.

“Saya nikahkan dan kawinkan engkau, Zidan Adnan Syailendra dengan putri saya, Alana Muthia Putri dengan mas kawin emas seberat seratus gram dibayar tunai.”

“Saya terima nikah dan kawinnya Alana Muthia Putri dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.”

Ijab kabul berlangsung dengan lancar. Setelah Zidan menyelesaikannya, para tamu serentak mengucapkan syukur. Begitu juga dengan Alana. Kini Alana resmi menjadi istri Zidan. Ummi dan Mami nampak berkaca-kaca terharu. Beberapa tamu ikut menitikkan air mata.

Zidan menolehkan kepalanya, menatap Alana. “Saya juga akan berusaha supaya kamu enggak akan pernah menyesal menikah dengan saya.”

Alana tersenyum, menatap laki-laki yang kini sudah menjadi suaminya. Pernikahan berlandaskan keuntungan itu kini telah terjadi. Keduanya sah menjadi sepasang suami istri. Alana tidak peduli lagi dengan cinta. Kini hanya ada pernikahannya dengan Zidan yang harus dipertahankan. Setidaknya, sampai Alana menggapai mimpinya.

Acara resepsi berjalan dengan lancar. Para tamu nampak bergembira, meski tidak banyak yang Alana kenal. Kebanyakan tamu berasal dari undangan Abi dan Ummi, undangan Mami dan juga Zidan. Bahkan, Siska saja tidak datang.

"Pegal?" tanya Zidan saat menyadari Alana mengelus lututnya. Alana belum pernah berdiri selama ini dengan sepatu hak tinggi. Pakaian resepsi juga berbeda dengan pakaian akad nikah. Gaun ini lebih berat dan sedikit membuat Alana merasa tersiksa.

Lihat selengkapnya