Love Extraordinary Writer

janette roseline
Chapter #2

BAB 1 Ketika seseorang memakai topeng, sebenarnya ia sedang membentengi dirinya dari apa yang menjadi kelemahannya

4 Tahun kemudian

           Bel istirahat berbunyi nyaring di SMA Charanata 1. Brina segera menghidupkan laptopnya dan mulai sibuk mengetik novel. Ia sudah bertekad untuk menyelesaikan novelnya secepat mungkin. Ia tidak mau mengulur-ulur waktu lagi. Sudah hampir dua tahun ia menelantarkan novelnya hingga tak kunjung selesai. Rasa malas dan kesibukan sekolah membuat cita-citanya seakan telah terlupakan.

“Menulis novel lagi?” tanya Prita sambil menggelengkan kepalanya. “Ini kan jam istirahat. Kamu harus makan siang dulu,” ucapnya lagi.

“Aku belum lapar. Nanti waktu jam istirahat kedua, aku akan makan siang.” Prita menghela napas panjang.

“Kalau begitu, temani aku ke kantin sebentar yuk! Kalau sendirian kan malas,” suruh Prita dengan nada sedikit memohon.

“Baiklah. Sebentar saja ya?” Prita tersenyum sambil mengangguk. Brina menutup laptopnya dan menyimpannya ke dalam tasnya.

“Tolong jaga laptopku ya?” ucapnya pada William yang duduk tak jauh dari tempatnya. William yang asyik menggambar langsung menoleh kearah Brina lalu mengangguk. “Thanks.”

           Brina dan Prita bergegas keluar kelas. “Kamu si gila nulis cerita sedangkan William si gila nggambar. Kelihatannya kalian cocok sekali,” tawa Prita.

“Sstt..” Brina menempelkan jari telunjuknya pada bibirnya sambil menoleh ke belakang, takut ada orang yang mendengar kata-kata Prita.

“Kalau kamu si gila dari gua hantu!” ejek Brina sambil mendorong pelan tubuh Prita.

“Tapi William itu tampan juga. Sifatnya misterius. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan berdiam diri sambil menggambar. Dia cowok yang susah ditebak,” kata Prita dengan nada serius.

“Dia pintar sekali menggambar. Aku pernah melihat gambarannya. Benar-benar bagus sekali. Seandainya aku juga bisa menggambar sebagus itu, pasti aku akan mendesain cover untuk novelku sendiri.” Brina menggeser kursinya lalu duduk.

“Ujung-ujungnya selalu novel. Benar-benar penulis!” Prita tersenyum.

Lihat selengkapnya