Love in Paradise

Januard Benedictus
Chapter #4

DUA TANGAN TERPAUT

Kanca Lawas Homestay, Legian.

 

Udara panas menyelimuti lobi Kanca Lawas pagi ini. Jam di dinding baru menunjukkan pukul sembilan lewat sepuluh, tapi panasnya nyaris menyamai tengah hari. Komang terduduk bersimbah peluh di belakang meja resepsionis. Terengah engah mengipasi diri dengan brosur penginapan miliknya. Pagi ini, kipas angin tuanya mendadak mogok, rusak di saat genting, ketika keberadaannya dibutuhkan untuk meringankan suhu ruang yang sudah seperti panci kukusan.

“Pagi, pak!” Indra tiba – tiba muncul di depan meja resepsionis. Komang terlonjak kaget. Nyaris terguling dari kursinya.

“Masyaallah Gusti! Bikin jantungan aja kamu ini, le!" si empunya penginapan mengomel, sambil mengusap – usap dadanya yang kurus.

Sori, pak.” Indra nyengir minta maaf.

“Masih pagi udah heboh bener kamu ini. Ada apa toh?”

“Mau pinjam telepon, pak.”

Henpon kamu kemana memangnya?” tukas Komang ketus. “Digondol maling?”

“Masih ada kok, pak.”

“Lah, terus?”

“Biar irit pulsa.” cengiran Indra melebar.

Komang cemberut.

 

***

SEDERET nomor tak dikenal berpendar di layar ponsel Kirana. Dia menatap angka – angka itu dengan pandangan bertanya. Ponselnya terus berdering, seolah menuntut jawaban. Kirana ragu sesaat, sebelum akhirnya menekan tombol jawab dan mendekatkan ponselnya dengan hati – hati ke telinganya.

“Halo?” suara asing milik seorang pria menyapa. “Bisa bicara dengan Chandrakirana?”

Kirana mengernyit. Siapa ini?

“Halo?” suara itu menyapa lagi.

“Ya?” Kirana buka suara. Jantungnya berdegup waswas.

“Bisa bicara dengan Chandrakirana?”

Lihat selengkapnya