Love In Quarantine (Amnesia Retrograde)

Fitri Handayani Siregar
Chapter #5

#5 Aisyah Mulai Menerimaku..

Aisyah tersipu malu, wajah nya merona merah kali ini. “Hemp,,Bii aku... aku.. Ai..” ia terdengar gugup, “kenapa..? masih belum mengerti dengan perasaan Ai ke Aku..? tanya ku menelisik rasa penasaran yang membuncah ini. “Kita bisa pelan – pelan saja Bii, bantu aku untuk mengingat masa lalu itu walau hanya dengan foto atau kenangan yang hanya bisa ku bayangkan dalam setiap cerita yang kau kisah kan” Ia menggenggam tanganku “aku mohon.” Pintanya lagi. Aku tersenyum ke arah nya, dan kehabisan kata – kata. Ku bantu ia dengan mendorong kursi rodanya ke balkon kamar.

“Hufttt, dingin banget ternyata disini.” Ia mendekap tangan nya karena memang cuaca di Bukit Tinggi saat itu mendung dan dingin sekali. Kuambilkan selimut tebal dan langsung saja ku balutkan pada Aisyah. Ia tersenyum ke arah ku, itu caranya berterima kasih atas perhatian ku padanya hari ini. “Kenapa kita gak duduk di kursi ini aja, berdua pakai selimut yang sama, soalnya selimut di sini Cuma satu, aku kan kedinginan juga.” Rengek ku manja pada Aisyah istri yang ku rindukan setiap harinya untuk dapat memeluknya erat. Ia menatap ke arah ku dengan senyuman khas nya.

“Bantu aku duduk disitu Bii..” aku tidak menyangka ia akan mengabulkan permintaan ku kali ini tentu saja dengan sigap dan cepat tanpa menunggu jeda sedetik pun ku bantu Aisyah untuk duduk di kursi balkon kamar hotel kami yang pemandangan nya langsung menuju jam gadang yang menjadi icon kota Bukit Tinggi itu. Kami duduk bersebalahan, bahu ku dan bahunya bersinggungan satu sama lain, di dalam satu selimut tebal. “Dulu kita pernah kayak begini juga gak sih..?” tanya nya padaku yang masih terlalu bahagia bisa bersebelahan dengan istri ku dalam satu selimut.

“Kita dulu pernah ke puncak setelah tiga bulan menikah, ya kita pernah ada dalam satu selimut kayak gini, tapi di tempat tidur bukan di balkon.” Jawab ku sengaja menggoda Aisyah ingin melihat bagaimana respon nya. “Ganjen kamu Bii, yaiyalah aku juga tahu kalau itu mah. Maksud aku ada di situasi kayak gini entah itu sambil ngeliat laut kah, gunungkah..?” jawaban nya mulai kesal, Ai yang ku kenal dulu kini hadir dalam wujud Ai yang sekarang. “Pernah, sambil masing – masing kita memegang secangkir coklat hangat.”Jawab ku. “Terus... terus.. kita ngobrolin apa aja waktu itu, dan kita pergi kemana..?” Aisyah semakin penasaran atas apa yang terjadi selanjutnya pada saat kami pergi ke puncak waktu itu. “Yakin, kamu mau dengerin kelanjutan nya..?” tanyaku kembali menggoda Aisyah.

Ishh apaan sih Bii..? tinggal lanjut cerita aja kok repot pakai nanya segala. “Okey, kalau kamu sanggup denger nya... waktu itu kita ke puncak Cuma buat ngabisin weekend. Terus... “ ku lihat wajah nya yang penasaran dengan kelajutan kisah kami waktu itu.  “Terus apa..? ishhh aku bales ya kamu kapan – kapan. Lanjutin gak pakai jeda bisa gak sih..?” Aisyah yang aku kenal dulu kembali.

Lihat selengkapnya