Love In Quarantine (Amnesia Retrograde)

Fitri Handayani Siregar
Chapter #16

#16 Aisyah Cemburu Pada Arumi

“Ai terimakasih untuk semuanya, kata – kata tadi itu sungguh menguatkan.” Aisyah tersenyum ke arah ku. “Terimakasih juga sudah merawat aku sampai sekarang ya Bii.” aku membalas dengan senyum juga ke arah nya. “Boleh aku peluk sebagai tanda terimakasih nya..?” Entah apa yang ada di fikiran ku saat ini selain memeluknya tak ada lagi keinginan lain. “Zubiiiiiiiiii,”  ia memukul bahu ku manja, tidak ku biarkan kali ini tangan nya berpindah dari tangan ku, ku genggam tangan yang tadi mengepal memukul ku manja. “Peluk sebentar, gak lama.” Aku seperti memohon lebih tepat nya merengek pada Aisyah agar di perbolehkan memeluk nya. “Hemp..., yaudah sebentar aja di hitungan sepuluh udahan ya..!” aku mengangguk tanda setuju. Ku peluk ia dalam dekapan ku, wangi rambut nya masih sama seperti dulu hanya saja ia sedikit gemuk sekarang. Nyaman sekali ada di situasi ini, “I love You sayang.” Bisik ku di telinga Aisyah.

Aisyah berusaha mendorong ku agar pelukan ini terlepas, tapi sebisa mungkin ku tahan agar pelukan ini tidak terlepas, “Zubiiiiiiiiiii, aku susah nafas kalau gini.” Entah itu alasan Aisyah saja ataukah memang benar hanya Aisyah yang tahu jawaban nya. “Sudah ini aku lepasin, kamu takut kan kalau lama – lama aku peluk jadi...” aku sengaja tidak meneruskan kalimat nya, agar Aisyah yang meneruskan nya. “Jadi apa..? emang aku kamu..!” Ia membela diri, padahal aku tahu di detik ke lima setelah ku dekap ia erat, degupan jantung nya bisa kurasakan dan dengar sangking cepat nya. “Kenapa harus di tolak..? kenapa gak diterima saja kalau sebenarnya kamu juga suka aku peluk lama – lama.” Aisyah membalik kan badan nya yang tadi masih berhadapan dengan ku. “Aku ngantuk Bi.” Ia berbalik dan berbaring membelakangi ku yang masih penasaran mengapa ada tembok pemisah di antara kami yang berusaha di bangun oleh Aisyah.

“Bukan kah siang tadi kamu sendiri yang bilang ke aku kalau hari ini kita suami istri.” Aku tidak mau memendam rasa penasaran itu sendiri, harus ku perjelas malam ini juga. “Aku cemburu, Titik.” Aku terkejut mendengar alasan nya berbuat begitu kepadaku. Karena ia cemburu, cemburu pada siapa..? aku semakin tak mengerti jalan fikiran Aisyah malam ini. “Cemburu..? dengan siapa..?” tanya ku yang diselimuti gelak tawa dalam hati, bagaimana bisa Aisyah cemburu padaku yang tiap hari ada bersamanya disini. Ia berbalik kembali mengarah kepada ku yang juga dengan posisi berbaring di tempat tidur yang sama, kini wajah kami saling berhadap – hadapan. “Aku cemburu karena bukan aku perempuan pertama yang ada di hidupmu..” aku masih belum mengerti arti kata – kata Aisyah ini, ada apa dengan istri ku setelah kami berjalan – jalan di sekitaran Jam Gadang siang tadi. Dia sedang tidak kesurupan kan..? aku semakin penasaran. “Cemburu dengan siapa Ai..? aku tiap hari bersama mu disini kan, dan gak ada perempuan lain selain kamu.”

Ia melihat ku dengan tatapan kesal, “IHHH, lelaki memang begitu suka gak peka.” Ia kembali mengepalkan tangan nya dan memukul dada ku tidak dengan manja kali ini tapi karena kesal. Ku raih tangan nya dan ku letak kan di dada ku. “Percaya, di hati ini Cuma ada kamu Ai.” Aku berusaha meyakinkannya bahwa hanya ia wanita yang memenuhi cinta di dalam hati ku. “Iya aku  tahu itu sekarang, tapi dulu ada Arumi kan..?” mendengar jawaban nya sontak saja aku tertawa geli, bagaimana mungkin Aisyah cemburu pada Arumi. Wanita dari masa lalu ku yang sudah berpulang kepadaNya. “Lucu ya..? sampai kamu ketawa gitu.” Kali ini ia terlihat semakin kesal bahkan sedikit marah, air mata nya jatuh membasahi pipi nya. “Iya aku tahu pasti kau berfikiran bagaimana bisa aku cemburu dengan orang yang sudah Allah panggil lebih dulu, setiap wanita hanya ingin dia saja yang pernah ada dalam hidup suaminya.” Ia menjelaskan alasan nya mengapa sampai begitu kesal bahkan menangis.

Ku usap air mata nya lembut, “Sayang, Arumi itu masa lalu yang aku kenal hanya satu malam, tidak ada kenangan yang bisa membuat kami saling mengingat satu sama lain.” Aku meyakinkan nya bahwa hanya ia yang ada di hati ini. Arumi adalah kisah masa lalu yang sudah selesai, kisah nya sudah terkubur bersama Arumi dan bayi kami. “Iya, pokok nya aku gak terima, aku mau aku aja yang pernah dan masih sama kamu.” Aku tersenyum geli melihat Aisyah seperti ini. Bagaimana bisa ia yang baru saja menasehati ku tentang Arumi sekarang cemburu dengan sosok Arumi yang bahkan belum pernah di temui nya. “Iya Cuma kamu, hanya kamu sampai kapan – kapan juga Cuma kamu.” Aku mendekap nya, dan kali ini dekapan itu tidak pakai hitungan untuk berakhir. Ia hanya diam dalam dekapan ku tanpa mengancam mengakhiri nya dengan hitungan dari satu sampai sepuluh.

Lihat selengkapnya