Love in Reality

Rizky Yahya
Chapter #3

Chapter 3:Jarak yang Memisahkan

Clara telah resmi pindah ke kota barunya, dan Adrian merasakan kehilangan yang mendalam. Setiap hari tanpa Clara terasa hampa, namun dia bertekad untuk tetap menulis dan menjaga hubungan mereka tetap hidup. Adrian menghabiskan banyak waktu di kafe, menulis dan memikirkan Clara.

Di kota barunya, Clara sibuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan barunya. Meski jadwalnya padat, dia selalu menyempatkan diri untuk berbicara dengan Adrian melalui telepon atau video call. Percakapan mereka adalah penghiburan di tengah kesibukan dan kesepian.

Suatu malam, saat Adrian sedang menulis di kafe, teleponnya berdering. Itu Clara. "Hai, Clara," sapa Adrian dengan semangat.

"Hai, Adrian. Bagaimana harimu?" tanya Clara dengan suara yang terdengar sedikit lelah.

"Baik, hanya sedang menulis di kafe. Bagaimana denganmu? Kedengarannya kamu lelah," jawab Adrian dengan khawatir.

"Ya, pekerjaan di sini cukup menantang. Tapi aku senang bisa berbicara denganmu. Ini selalu membuatku merasa lebih baik," kata Clara dengan senyum yang bisa Adrian bayangkan meski mereka berjauhan.

Mereka berbicara selama berjam-jam, berbagi cerita dan tawa. Meskipun jarak memisahkan mereka, perasaan mereka semakin kuat. Adrian merasakan dorongan untuk menulis lebih banyak, menjadikan hubungan mereka sebagai inspirasi utama novelnya.

Pada suatu malam yang lain, Clara berkata, "Adrian, aku ingin memberitahumu sesuatu. Aku akan pulang untuk liburan Natal. Aku akan ada di kota selama seminggu."

Adrian merasa hatinya melompat. "Itu kabar terbaik yang pernah kudengar! Aku tidak sabar untuk bertemu denganmu lagi."

Clara tertawa. "Aku juga, Adrian. Aku benar-benar merindukanmu."

Hari-hari menjelang Natal terasa lebih cerah bagi Adrian. Dia menghabiskan waktunya menulis dengan semangat baru, berusaha menyelesaikan babak penting dalam novelnya sebelum Clara kembali. Dia ingin menunjukkan hasil karyanya kepada Clara dan mendengar pendapatnya.

Ketika akhirnya hari yang dinantikan tiba, Adrian berdiri di stasiun kereta, menunggu Clara. Hatinya berdebar-debar saat melihat Clara melangkah keluar dari kereta. Mereka berlari ke arah satu sama lain dan berpelukan erat.

"Clara, aku sangat merindukanmu," kata Adrian dengan suara bergetar.

Lihat selengkapnya