Jeffrey mengepalkan kedua tangannya erat. Matanya terpejam sesaat. Ia berusaha menngatur emosinya agar tidak meledak. Ia barusaja mendapat kabar buruk dari salah satu pasukannya. Perwira polisi kembali kehilangan nyawa.
“Ini sudah yang kelima kalinya,” desis Jeffrey dengan geram, lalu menatap pemimpin pasukan Alpha itu dengan tajam,”Apa kau sudah periksa tempat kejadian? Apa tidak ada barang bukti yang tertinggal?” tanya Jeffrey dengan nada dingin.
“Sudah, Pak. Tetapi kami tidak menemukan apapun. Hanya tubuh Inspektur Calix dalam kondisi sudah meninggal ditempat.” Jawab polisi berseragam hitam itu.
Jeffrey menggebrak meja kerjanya. Ia merasa sangat marah saat ini.
“Tugas ini sudah diserahkan kepada kita sejak lama. Sampai sekarang, kita bahkan tidak mengetahui rupa wajah pembunuh sialan itu!” seru Jeffrey marah. Polisi berseragam hitam itu tampak takut.
Jeffrey menarik napasnya, lalu menghembusnya perlahan. “Kembali periksa TKP. Telusuri dengan teliti. Minta bagian forensik untuk memeriksa jasad Inspektur Calix. Kabari aku jika menemukan sesuatu.” Perintah Jeffrey dengan tegas. Polisi berseragam hitam itu mengangkat tangannya, memberi hormat.
“Siap, Pak!” seru polisi itu lalu segera keluar dari ruangan Jeffrey.
“Astaga. Apa yang harus aku katakan kepada Komisaris?” seru Jeffrey merasa frustasi. Ia tidak pernah merasa segagal ini dalam bertugas.
“Siapa kau sebenarnya?” desis Jeffrey dengan geramnya.
***
Suara tawa menggema dari ruangan redup akan cahaya itu. Tawa seorang wanita berjubah hitam seolah merasa begitu bahagia. Ia barusaja mendapat kabar bahagia dari dua orang suruhannya. Lagi-lagi, angkatan polisi kehilangan nyawanya.
“Aku suka dengan keberhasilan kalian. Kalian memang selalu bisa diandalkan.” Ujar wanita berjubah hitam itu. Jubahnya yang panjang menutupi seluruh tubuhnya. Kepalanya ditutupi dengan topi dari jubah itu.
Dua orang itu tak lain adalah pembunuh bayaran yang profesional. Dua pembunuh bayaran itu tampak tersenyum miring, Lantas menerima bayaran atas pekerjaan mereka.
“Aku harap, kalian tidak bosan bekerjasama denganku.” Ucap wanita berjubah itu. Salah seorang dari pembunuh bayaran itu menatap wanita berjubah itu sambil tersenyum.
“Kami tidak akan bosan selagi bayaran kami sesuai dengan permintaan.” Ucapnya lalu menyimpan cek uang itu dalam saku celananya. Wanita berjubah itu kembali tertawa.
“Kali ini, tugas kalian cukup sampai disini. Dan seperti biasa, kalian harus tetap siap sedia menunggu panggilanku.” Ujar wanita berjubah itu. Kedua pembunuh bayaran itu mengangguk paham. Lalu berpamitan pergi meninggalkan wanita berjubah itu.
Setelah kedua pembunuh bayaran itu pergi, wanita berjubah itu melangkah mendekati sesuatu yang ditutupi dengan kain berwarna hitam. Kemudian ia menyibakkan kain hitam yang menutupi sebuah papan berbentuk persegi panjang. Disana, tertampil banyak foto-foto angkatan polisi yang menjadi sasarannya. Ia meraih spidol, lalu mencoret wajah angkatan polisi yang barusaja meninggal dikediamannya pagi tadi. Tangannya kemudian bergerak meraih satu foto. Polisi dengan jabatan cukup tinggi sebagai incarannya.
“Bersiaplah, Tuan Polisi. Kita akan segera bertemu.” Ujarnya disertai seringai menyeramkannya.
***
Jeffrey melajukan mobilnya cukup kencang. Pikirannya cukup kacau saat ini. Kabar duka yang diterimanya pagi tadi pasti akan berdampak buruk untuknya. Bagaimana tidak? Kasus ini sudah ia pegang selama 2 tahun belakangan ini. Dan sampai sekarang, kasus ini belum terpecahkan juga.
Jeffrey mendengus kasar, kemudian berusaha memusatkan pikirannya pada jalanan kota yang cukup sepi. Tiba-tiba seorang wanita muncul dengan berlarian tanpa arah di jalanan. Dan segera mungkin, Jeffrey menginjak rem. Wanita itu berteriak kencang saat menyadari sebuah mobil melaju kearahnya. Untung saja Jeffrey tidak sampai menabrak wanita itu.
Wanita itu kemudian mengetuk kaca mobil Jeffrey. Wanita itu terlihat begitu panik dan ketakutan. Setelah berpikir matang-matang walau terbesit rasa curiga dihatinya, Jeffrey kemudian menurunkan kaca mobilnya.
“Tuan! Tolonglah aku!” wanita itu tampak memohon sambil menunjuk kearah jalan yang membelok,”A-ada orang yang sedang mengejarku!” Seru wanita itu dengan penuh ketakutan. Jeffrey menatap wanita itu curiga.
“Percaya padaku, Tuan! Lihatlah!” Wanita itu menunjukkan bekas cakaran di tangannya,”Mereka ingin memperkosaku! Aku mohon, Tuan. Selamatkanlah aku.” Seru wanita itu sambil menangkup kedua tangannya. Memohon agar Jeffrey dapat menolongnya.
Jeffrey terdiam sesaat, lalu menghela napas panjang. “Masuklah kedalam.” Ujar Jeffrey setelah berpikir matang-matang. Wanita itu dengan segera masuk kedalam. Perlahan mobil Jeffrey bergerak kembali.
“Terima kasih, Tuan. Kau benar-benar berhati mulia.” Ujar wanita itu dengan tatapan penuh bersyukur. Jeffrey memilih diam dan memfokuskan pandangannya pada jalanan didepannya.