Chellia menghempaskan tubuhnya diatas kasur king size miliknya. Matanya menatap langit-langit kamarnya.
"Mengapa pria itu bertingkah aneh seharian ini?" ujarnya lalu menghela napas pelan.
"Tok-Tok"
Chellia mendesis geram. Apalagi yang diinginkan lelaki itu? Dengan langkah kesal, ia membuka pintu.
"Apalagi yang kau-"
Ucapannya terhenti kala Jeffrey menyodorkan sebuah ponsel didepan wajahnya. Tangannya bergerak cepat meraih ponsel itu. Matanya menatap Jeffrey dengan tatapan berbinar-binar.
"Oh, terima kasih, Pak Polisi." ujar Chellia senang. Jeffrey menatap sinis wanita dihadapannya.
"Secepat itu mood-mu membaik? Tidak kusangka." ujar Jeffrey merasa takjub. Senyum Chellia pun memudar seketika.
"Kau benar-benar merusak mood. Ini sebabnya aku mengatakan kau payah. Tidak paham situasi dan keadaan." ujar Chellia lalu membanting pintu kamarnya. Jeffrey mengerjapkan matanya berkali-kali.
"Aku rasa dia sedang datang bulan." ujar Jeffrey lalu beranjak memasuki kamarnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal.
***
"Oh, astaga! Mengapa kau tidak membangunkanku, Chellia?" gerutu Jeffrey saat turun kebawah. Chellia terlihat sedang bersantai duduk di atas sofa. Chellia menoleh, menatap Jeffrey dengan malas.
"Aku bukan istrimu!" seru Chellia ketus, lalu kembali pada kegiatannya menonton televisi.
Jeffrey mendengus mendengarnya, lalu beranjak ke ruang makan. Meja makan benar-benar kosong. Tidak ada makanan yang tersaji untuknya.
"Chellia, dimana sarapanku?" tanya Jeffrey lagi. Chellia mendesis kesal, lantas membanting remote yang digenggamnya diatas sofa.
"Kau kira aku ini pembantu dirumahmu? Aku ini tamu!" seru Chellia yang membuat Jeffrey menarik napas panjang. Mencoba menyabarkan hati dengan sikap aneh Chellia.
"Baiklah, tamu terhormat. Aku akan pergi tanpa sarapan. Jaga rumahku yang besar ini." ujar Jeffrey lalu melenggang pergi keluar.
Chellia menatap kepergian Jeffrey lalu berteriak,"Aku bukan satpam yang menjaga rumahmu!"
***
Jeffrey sesekali menghela napas saat mengendarai mobilnya. Ia tidak bisa pergi bekerja tanpa sarapan karena ia bisa menjadi tidak fokus bekerja.
Jeffrey memarkirkan mobilnya ditempat yang masih kosong. Ia keluar dan hendak menutup pintu mobil. Namun, pandangannya terhenti pada sebuah kotak makan yang terletak disisi samping kursi mengemudi. Ia bergerak mengambil dan menutup pintu.
Ia menatap heran, bagaimana bisa ada kotak makan di dalam mobilnya? Ia membuka kotak makan itu. Ia tertegun sejenak. Nasi goreng. Senyumnya mengembang seketika.
Ia kenal betul, itu masakan Chellia. Sepertinya Chellia sengaja menaruhnya didalam mobilnya dan mengatakan hal-hal yang merusak mood-nya dipagi hari. Setidaknya, ia tidak bekerja dengan perut kosong. Dan ia harus mensyukuri akan kehadiran wanita itu dirumahnya.
"Terima kasih, Chellia." ujarnya lalu menutup kembali kotak makannya. Lalu melenggang masuk.
***
Chellia tersenyum lucu mengingat wajah Jeffrey yang kesal dipagi hari seperti ini. Dia sengaja bertindak menyebalkan pagi ini demi membalas tingkah aneh yang dilakukan pria itu semalam.
'Ting-Tong'
Chellia mengernyitkan dahinya sejenak. Siapa yang datang dipagi-pagi seperti ini? Demi menjawab rasa penasarannya, ia bergerak membuka pintu itu. Matanya menatap bingung wanita paruh baya dihadapannya. Wanita paruh baya dihadapannya menatapnya tak kalah bingung.
"Kau siapa?" tanya wanita paruh baya itu langsung. Chellia tersenyum sopan,"Aku teman pemilik rumah ini. Ada yang bisa aku bantu, Bibi?" tanya Chellia ramah. Wanita paruh baya itu terlihat senang. Entahlah, Chellia dibuat semakin bingung.
"Maksudmu Gerry? Anakku?" tanya wanita itu membuat Chellia mematung mendengarnya. Anakku? Berarti wanita dihadapannya ini adalah ibunya Jeffrey? Chellia tak habis pikir kali ini.