"Hai, calon menantuku. Wah, kau tampak semakin cantik saja." ujar Ibu Jeffrey sambil tersenyum lembut. Chellia terkekeh pelan mendengarnya, lalu mempersilahkan ibu pemilik rumah ini untuk masuk bersama dengan lelaki dibelakang Ibu Jeffrey yang membawa banyak paper bag yang entah apa isinya.
"Taruh diatas meja saja, Pak."Ujar Ibu Jeffrey lalu dilakukan oleh lelaki itu. Lelaki itu kemudian mengundurkan diri untuk keluar dari rumah Jeffrey. Kini menyisakan Chellia dan Ibu Jeffrey.
"Akan aku siapkan-"
"Hei! Sudah tidak perlu," Ibu Jeffrey menarik tangan Chellia untuk duduk di sofa hitam, bersisian dengannya.
"Apa kau tahu, hari ini adalah hari ulang tahun anakku." ujar Ibu Jeffrey membuat Chellia terkejut mendengarnya.
"Benarkah? Aku tidak tahu akan hal itu." ujar Chellia tak menyembunyikan rasa kagetnya.
"Tak apa. Yang terpenting sekarang kau sudah mengetahuinya." ujar Ibu Jeffrey lalu menepuk pundak Chellia berkali-kali.
"Baiklah. Kalau begitu, ayo kita rayakan ulang tahunnya." ujar Chellia membuat Ibu Jeffrey tersenyum senang mendengarnya.
"Tentu saja! Aku bahkan sudah menyiapkan barang-barang untuk mendekorasi rumah besar ini." ujar Ibu Jeffrey dengan senangnya.
"Sebelum itu, aku ingin merencanakan sesuatu untuknya. Apakah Bibi ingin membantuku?" tanya Chellia dengan tersenyum penuh arti. Ibu Jeffrey tampak mengerti, lalu menyetujui saja rencana Chellia.
***
Pukul 18:00. Waktu bagi Jeffrey untuk segera pulang kerumah. Kepalanya sudah cukup pusing memikirkan serangan apa yang akan dilakukan oleh lelaki misterius itu. Terlebih, ia juga harus menjaga Chellia. Kini, Chellia dalam bahaya itu semua karena dirinya.
Getaran ponsel diatas meja kerjanya menghentikan gerakannya membereskan berkas-berkas yang ada dimeja kerjanya. Matanya melirik kearah layar ponselnya yang tertera nama 'Chellia' disana.
Awalnya ia merasa heran. Sebab Chellia tidak pernah menelfonnya, apapun itu alasannya. Pikirannya kini dipenuhi dengan pikiran-pikiran buruk tentang keselamatan Chellia. Dengan segera, ia mengangkat panggilan itu.
"Ha-"
"Jeffrey!"
Napas Jeffrey tercekat mendengar teriakan Chellia yang terdengar sangat ketakutan.
"Chellia? Hei, Chellia. Kau baik-baik saja, 'kan?" tanya Jeffrey yang terdengar panik.
"Prangg!"
"Chellia! Hei, kau- Halo? Halo?!" seru Jeffrey lalu telfon itu diputus sepihak oleh Chellia.
Jeffrey mencoba menghubungi Chellia kembali, namun tidak diangkat. Dengan pikiran yang kacau, Jeffrey segera meraih tas kerjanya dan pistol, lalu bergegas keluar dari ruangannya.
Jeffrey mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sesekali ia mencoba menghubungi kembali Chellia. Namun tetap sama. Tidak diangkat sama sekali.
"Astaga. Apa yang terjadi padamu?" gumam Jeffrey terlihat khawatir.
Entah apa yang terjadi, hari ini adalah hari tersial untuknya. Jalanan saat ini macet sekali. Membuatnya hanya bisa mendecak kesal. Sesekali mengklakson kendaraan didepannya agar segera bergerak maju.
"Sial!" umpat Jeffrey merasa kesal. 10 menit menunggu, akhirnya perlahan kendaraan didepan Jeffrey bergerak maju dan jalanan kembali lancar.
Berkali-kali ia mengucapkan kalimat 'Semoga dia baik-baik saja' didalam hatinya layaknya mantra. Dan hal itu benar-benar ia harapkan dalam hatinya. Ia tidak ingin Chellia terluka.
***
Jeffrey bergegas keluar dari mobilnya, lalu berlari kecil menuju pintu utama. Pintu rumahnya yang tidak terkunci dan terbuka membuatnya berpikir semakin buruk. Jeffrey meraih pistol dari belakangnya, lalu melangkah masuk kedalam rumah secara perlahan. Gelap. Entah apa yang membuat rumahnya segelap ini, sampai ---
"HAPPY BIRTHDAY !!!" seru Chellia, George dan Ibunya dengan serempak bersamaan dengan lampu ruangan yang menyala. Terlihatlah wajah mereka satu persatu yang tampak bahagia.