Jeffrey mengambil hari cuti karena ia mendapat kabar bahwa Ibunya jatuh sakit dari salah satu Asisten Rumah Tangganya. Jeffrey menyuruh Chellia bersiap-siap segera karena ia merasa khawatir dengan kondisi Ibunya.
Chellia bergegas turun kebawah dan mendapatkan Jeffrey dengan wajah penuh kekhawatiran. Tangannya tampak meremas ponsel ditangannya. Chellia menghampiri Jeffrey, lalu mengusap lengan Jeffrey dengan lembut.
"Ibumu akan baik-baik saja." ujar Chellia berusaha menenangkan Jeffrey. Jeffrey menghela napas pelan.
"Ayo kita berangkat." Ajak Jeffrey yang dijawab anggukan oleh Chellia.
***
Jeffrey bergegas masuk kedalam rumah orangtuanya dan bergerak menuju kamar Ibunya berada. Jeffrey memutar kenop pintu, lalu menampilkan Ibu Jeffrey tampak terbaring lemah di atas ranjangnya bersama dengan seorang Dokter dan Suster jaga.
Jeffrey melangkah masuk, lalu duduk dikursi yang telah disediakan. Tangannya meraih tangan kanan Ibunya, dan menaruhnya pada pipinya. Ibunya tampak tersenyum, menyambut kehadiran putra semata wayangnya.
"Kau datang? Sepertinya Ibu menyusahkanmu." Ibunya tertawa kecil, sementara Jeffrey mendengus kesal.
"Sangat menyusahkan," ujar Jeffrey lalu menatap sendu Ibunya. "Sangat menyusahkan sampai-sampai Ibu harus menanggungnya sendiri." ujar Jeffrey lalu menghela napas berat.
"Jadi bagaimana keadaan Ibuku, dokter James?" Tanya Jeffrey menatap James yang tengah menatap kearah mereka.
"Ibumu baik-baik saja sekarang. Hanya saja Ibumu harus lebih menjaga pola makannya agar asam lambungnya tidak meningkat. Perbanyak istirahat dan konsumsi air putih." ujar Dokter itu lalu menyunggingkan senyum ramah. Jeffrey menatap sinis kearah Ibunya.
"Bukan aku yang harus menjaga pola makanku, tetapi Ibu yang harus menjaga pola makan Ibu." sinisnya membuat Ibunya terkekeh pelan.
"Ibumu ini sedang sakit. Berhentilah memarahi Ibumu." ujar Chellia dari belakangnya. Jeffrey mendengus kesal.
"Calon menantuku, kau datang juga rupanya. Kemarilah." ujar Ibu Jeffrey lalu Chellia berdiri disebelah Jeffrey yang sedang duduk. Jeffrey bangkit dari duduknya, menyuruh Chellia untuk duduk dikursi yang sempat didudukinya.
"Kalau begitu, saya permisi dulu. Semoga cepat sembuh, Mrs. Anderson." Ujar James lalu Jeffrey turut mengantar James keluar.
Kini hanya menyisakan Chellia, Ibu Jeffrey dan suster yang menjaga Ibu Jeffrey. Tangan Ibu Jeffrey terulur mengusap rambut panjang Chellia. Senyuman keibuan tercetak diwajahnya yang kini terlihat pucat.
"Kau semakin hari semakin cantik saja." puji Ibu Jeffrey, menatap lembut Chellia yang kini tersenyum kearahnya.
"Aku beruntung Jeffrey dipertemukan dengan wanita baik hati sepertimu." lanjut Ibu Jeffrey membuat senyuman Chellia memudar seketika. Tak bertahan lama, senyumannya kembali muncul.
"Aku yang beruntung dipertemukan dengannya, Bibi." Chellia tampak menerawang jauh,"Jeffrey orang yang sangat baik. Yah, walau dia cukup menyebalkan, tetapi dia itu tidak seperti lelaki kebanyakan yang banyak mengutarakan janji palsu." Ibu Jeffrey yang mendengarnya tampak bahagia.
"Sedaritadi aku tidak melihat paman. Apa paman sibuk bekerja?" tanya Chellia kemudian wajah Ibu Jefrrey tampak muram mendengarnya.
"Jeffrey tidak mengatakannya kepadamu?" Tanya Ibu Jeffrey yang dijawab gelengan oleh Chellia. Ibu Jeffrey kemudian menarik tangannya kembali.
"Ayah Jeffrey sudah lama berpisah denganku," Ibu Jeffrey tampak menghela napas,"Ayah Jeffrey sudah meninggal dunia." lanjutnya dengan nada gemetar.
Chellia tampak merasa bersalah. Chellia merutuki kebodohannya bertanya semacam itu. Kini yang Chellia bisa buat hanya mengusap bahu Ibu Jeffrey dengan lembut. Mencoba menenangkannya.
"Maafkan aku, Bibi. Karena pertanyaan bodohku, Bibi jadi merasa sedih seperti ini." ujar Chellia merasa menyesal. Ibu Jeffrey tampak tertawa kecil, lalu tersenyum kearah Chellia.
"Tak apa, nak. Cepat atau lambat kau juga akan tahu. Tidak lama lagi, kau akan menjadi bagian keluarga ini." ujar Ibu Jeffrey. Chellia tersenyum.
"Aku tak tahu bagaimana kisah pertemuan kalian. Tetapi ada satu pertanyaan yang sangat ingin aku tanyakan kepadamu." ujar Ibu Jeffrey lalu menatap lamat-lamat Chellia.
"Tanyakanlah." ujar Chellia.
"Apakah kau benar-benar mencintai anakku?" tanya Ibu Jeffrey membuat Chellia terdiam seketika. Entah mengapa, sepenggal pertanyaan itu membuat hati kerasnya tiba-tiba goyah.