Setelah kepergian perampok jalanan yang tak lain Izza, Gus Faqih masih termenung ditempatnya, dan entah apa yang dipikirkannya. Hingga pada akhirnya Wanita paruh baya itu menepuk bahunya pelan.
"Eh Astagfirullah," kagetnya sambil mengusap dadanya.
"Kamu nggak papa kan?" tanya Wanita paruh baya itu.
"Eh nggak papa kok Bu,"
"Terimakasih ya, saya nggak tau gimana nantinya kalau nggak ada kamu tadi," ucapnya yang diakhiri senyuman.
"Iya Bu sama sama, kalau begitu saya pamit, Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam,"
Gus Faqih pun berlalu pergi menuju warung sate kambing untuk menemui Adiknya.
Sedangkan di warung sate kambing, Gus Adnan tak henti menggerutu tak jelas, menunggu Gus Faqih yang tiba tiba menghilang.
"Ishh Kak Faqih mana sih,"
Taka lama kemudian Gus Faqih datang. Dengan gayanya yang sok cool. Gus Adnan lansung menghujani Gus Faqih dengan berbagai keluhan.
"Kakak kemana aja sih?" tanya nya setelah selesai mengeluarkan semua uneg-uneg yang ada dihatinya untuk Gus Faqih.
"Biasa ada urusan," jawab Gus Faqih santai sambil melepas kopyah dan menyisir rambut hitam legamnya dengan jemari nya.
"Idiih sok sok an sibuk,"
Gus Faqih tak menghiraukan Gus Adnan. Dan menatap bungkusan sate kambing yang dibeli Gus Adnan.
"Kok banyak banget belinya??,"
"Sekalian buat yang lainnya"
"Kita kemana lagi nih??" tanya Gus Faqih setelah duduk di jok motor nya.
"Pulang"
"Katanya mau ketoko"
"Nggak jadi kapan kapan aja"
Dan sekarang jadilah Gus Faqih dan Gus Adnan langsung pulang ke rumah.
"Assalamu'alaikum" ucap Gus Faqih dan Gus Adnan bersamaan saat memasuki rumahnya.
"Wa'alaikumsalam" jawab seorang perempuan dari arah ruang keluarga. Dia adalah Shinta Aqila Az-Zafira, putri ketiga Kyai Luqman yang masih berusia lima belas tahun.
"Wiiihh apa tuh Kak???" tanya Sinta dengan antusias, sambil menunjuk kantong kresek yang dipegang Gus Adnan.
"Sate kambing,"
Sekitika wajah antusiasnya menjadi cemberut, "Oh Shinta kira sate ayam" ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya.
"Ada apa sih" tanya Umi Fauziah yang tiba-tiba sudah ada disamping Shinta.