Brakkkk
Tiba-tiba pintu kamar dibuka secara kasar oleh seseorang dari luar, orang itu pun masuk sambil
tergesa-gesa.
"Mati aku mati aku," ucap santri itu terengah engah.
"Ken—??" santri itu langsung memotong ucapan Rifda.
"Bener katamu aku haid," lanjut santri itu masih ngos-ngosan.
"Nah kan tadi dibilang juga apa!"
"Iya iya, kamu masih punya pembalut?"
"Iya masih." Setelah itu Rifda berjalan menuju lemari nya dan mengambil satu pembalut lalu memberikan nya kepada santri itu.
Setelah menerima pembalut Ia mengucapkan terimakasih lalu melepas mukenanya dan melemparkannya asal hingga jatuh tepat di wajah Izza yang saat ini rebahan di ranjang Rifda.
"Woy liat liat dong disini ada orang," refleks Izza langsung memarahi santri itu.
Santri itupun membalik badannya dan mendapati Seorang remaja seusia nya yang wajahnya masih asing dipikirannya. Ia pun mendekat dengan tatapan menyelidik. Sedangkan yang ditatap malah bergidik ngeri.
"Apaan sih Lo," sergah Izza.
"Santri baru Pril!," Rifda memperkenalkan Izza kepada santri itu.
Sedangkan yang dipanggil 'Pril' mulai memperkenalkan dirinya sendiri kepada Izza.
"Aprilia Nadhir Kholifah," ucapnya sambil menyodorkan tangannya.
"Izza," jawab Izza singkat tanpa membalas uluran tangan Aprilia.
"Dih sombong banget sih," ucap Aprilia sinis lalu menarik tangannya kembali.
"Terserah Gue," balas Izza tak kalah sinisnya.
"Udah Pril katanya mau ganti?" Rifda yang merasakan bau pertengkaran pun mulai memisahkan nya sebelum berlanjut lebiha larut.
"Hmm, Assalamu'alaikum," setelah mengucapkan salam Prilia berlalu pergi kekamar mandi. Lima menit kemudian Ia telah kembali lagi kekamar
"Eh itukan ranjangnya Rifda ngapain kamu disitu?" tanya Prilia saat menyadari bahwa yang disampingnya adalah Izza.
"Sekarang milik Gue," jawab Izza dingin sedingin Es.
"Udah Pril nggak papa," Ucap Rifda tenang.
Tak lama kemudian pintu kembali terbuka dan datanglah tiga orang santri sambil mengucapkan salam.
"Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam," jawab Rifda dan Prilia.
Tatapan ketiga santri itu langsung tertuju pada Izza yang masih duduk di atas ranjang Milik Rifda.