Love In The Ocean

Ayu S Sarah
Chapter #10

Candu

Sepulang dari Pulau Sempu, tubuhku nyaris ambruk oleh lelah. Aku tidak peduli lagi akan pulang ke mana. Rumah Sagara menjadi satu-satunya tempat yang terasa cukup netral untuk menjadi persinggahan.

Aku tidur seperti bayi, lelap dan tanpa beban. Saat terbangun, cahaya pagi menyusup malu-malu dari sela tirai. Aku sendirian di ruangan ini – ruangan yang tidak asing lagi, tapi tetap saja bukan milikku. Aku mencoba mengingat apa yang terjadi malam sebelumnya, tapi otakku seperti kusut, aku terlalu letih untuk mengingat apapun secara utuh, itu keburukanku.

Saat aku masih termenung, pintu kamar terbuka. Sagara muncul tanpa mengetuk, seperti biasa – dengan caranya yang santai dan tidak pernah minta izin atas kehadirannya.

“Selamat pagi, putri tidur,” sapanya.

“Hi,” jawabku singkat.

“Apakah kamu memerlukan sesuatu?” tanyanya.

“Tidak, terima kasih Sagara.” Aku bangkit, berjalan menuju kamar mandi untuk sedikit memperbaiki penampilanku yang berantakan.

Saat aku kembali, dia sudah berdiri sambil menyandarkan tubuhnya di ambang pintu, lalu berkata, “Apa kamu nggak penasaran soal aku? Apa pekerjaanku, atau hidupku?”

Jujur, aku sempat lupa. Dalam kedekatan kami yang aneh dan penuh jeda ini, aku terlalu sibuk memikirkan diriku sendiri.

“Aku akan menunjukan sesuatu padamu.” katanya sambil mengulurkan tangan.

Dia membawaku ke sebuah ruangan yang belum pernah kutahu ada di rumah ini. Ruangan yang penuh dengan warna-warni, cerah, hangat dan mempesona. Dipenuhi aroma cat, dindingnya dipenuhi karya – karya yang membuatku sulit untuk berpaling. Tidak perlu banyak waktu, betapa cepat aku jatuh cinta dengan ruangan ini.

“Ya Tuhan.” Gumamku. “Selama ini kamu menyembunyikan semua ini dariku?” 

“Kamu tidak pernah bertanya.” Katanya sambil tertawa pelan.

“Jadi, profesimu apa, pelukis? Atau kurator seni?” tanyaku benar-benar penasaran.

“Pelukis. Tapi masih amatir, belum sehebat Hardi, apalagi Affandi.” Jawabnya merendah.

“Sagara kamu keren banget!” Pujiku.

“Banyak yang lebih keren. Kamu tahu, banyak sekali pelukis asal Indonesia yang karyanya dipamerkan dan dikenal oleh bangsa lain. Beberapa dari pelukis itu sudah tiada, tapi karyanya masih sangat dikenal dan menjadi inspirasi bagi banyakpelukis sepertiku.” Jelasnya.

“Dalam waktu dekat ini aku akan sedikit sibuk karena akan mengikuti pameran dan workshop melukis yang diadakan di Yogyakarta.” Tambahnya.

Aku bersedekap dan menyaksikan dia menjelaskan banyak hal tentang lukisan maupun orang-orang terkenal dengan lukisan mereka.

Mataku langsung tertuju pada sebuah lukisan yang terduduk di easel, aku menujuk lukisan itu – tergambar seperti sosok seorang perempuan dengan wajah samar, diselimuti nuansa warna kuning, hijau tua dan merah muda. “Aku suka yang ini.” Ucapku.

“Ceritanya dia adalah seorang penari.” Katanya sambil mendekat.

“Sejujurnya, belakangan ini aku sedang tidak termotivasi, aku sedang merasa tidak lagi kreatif. Tapi sekarang aku kembali merasakan sensasi kenikmatan intrinsik, proses penciptaan karya kembali.” Jelasnya. 

“Memang apa yang membuatmu kembali terinspirasi?”

Lihat selengkapnya