Hari ini cukup melelahkan. Terlalu banyak hal yang harus kucerna. Pertemuan dengan Dennis bukan sesuatu yang pernah kubayangkan akan terjadi, karena lelah yang menumpuk, aku tertidur begitu saja – dan bermimpi.
Malam itu, langit tidak lagi berkabut. Aku berjalan menembuh sebuah terowongan yang terang, di ujung terowongan itu, tampak bayangan seseorang laki-laki. Semakin kudekati, semakin jelas wujudnya, Sagara – lelaki yang baru saja mengguncangku kembali, hadir di sana.
“Sedang apa dia di sini? Apa aku terlalu lama membiarkanmu menunggu?” kataku dalam hati.
Wajahnya terlihat jelas. Senyum itu masih sama, tapi kali ini, matanya tampak seperti habis menangis.
“Sagara.” Bisikku.
“Al Meera.” Balasnya lembut.
Aku tahu momen ini takkan sering terjadi. Maka aku pun menyampaikan apa yang selama ini hanya tersimpan.
“Sagara… kamulah orang yang membuatku terhibur saat aku merasa sepi. Kamu memelukku hangat saat aku sangat menginginkannya.”