Mata sudah terbuka semenjak lima belas menit lalu, menatap langit-langit dan kupingnya mencoba menangkap suara namun, tak ada satu pun yang masuk ke dalam telinga. Apa yang harus dilakukan hari ini? Pikirnya. Tidak ada panggilan, itu berarti tidak berguna bangun pagi, mandi, sarapan dan pergi ke statiun. Pikiran Ano buram antara hari ini Rabu atau Kamis, mencoba meraba handphone di dalam saku dan yang pertama menarik perhatian adalah notifikasi lowbat. Ia terpaksa bangun dan mencari colokan, menatap bar baterai naik turun untuk beberapa saat sampai akhirnya sadar, sebuah icon email muncul di lockscreen.
Subscriber notification, pikirnya atau mungkin lebih buruk yakni sebuah tagihan. Mata Ano yang penuh dengan keinginan untuk menutup langsung melotot dan tubuhnya yang ingin kembali rebahan langsung tegang saat membaca email. Selamat siang Rosano Rosmayanti …. Mulutnya tak bisa melanjutkan kalimat berikutnya dari email itu.
“Keterima kerja!” teriak Ano lalu melihat sekeliling ruangan dan kembali diam. ia sadar, mau bilang ke siapa? Tapi itu tidak berhenti membuatnya bahagia dan segera memesan pizza via apps lalu mengambil sebotol minuman soda, meletakkannya di meja dan bergegas mandi. Tepat saat selesai mandi, notif pesanan terdengar dan muncul di handphone, Ano pun mengintip lewat peep hole. “Sial aku lupa menempelkan tips di pintu,” ujarnya kemudian membuka dan mengambil pizza yang diletakan di bawah. “Ini akan jadi hari terbaikku,” ucapnya dengan yakin dan melempar diri ke kursi kemudian menaruh pizza di dada, Ano tidak peduli masih handukan dan rambut basah merembes ke kursi. Ini adalah self-reward setelah berbulan-bulan mencari kerja, ia pun kembali membuka email sambil menikmati pizza. Membacanya dengan seksama dan itu menimbulkan perasaan gembira. “Aku seorang public relation digital officer di salah satu perusahaan media terbesar,” ucapnya dengan penuh rasa bangga kemudian, membuka group chat angkatan yang sudah berbulan-bulan tidak pernah ia cek. Sebenarnya Ano merasa risih sekali membaca chat group angkatan, saat semua orang bisa cepat dapat kerja sementara dirinya masih sibuk interview ke sana kemari.
“Hai girls apa kabar?” sapa Ano dengan menambahkan emoticon hugging. Tidak perlu lama sampai beberapa anak me-reply, matanya memicing ketika membaca chat yang menanyakan kerja di mana sekarang? Pelan-pelan dan dengan huruf kapital Ano mengetik nama perusahaan dimana besok dirinya akan tanda tangan kontrak kerja. Hal terebut tak pelak membuat beberapa chat langsung muncul, mereka bertanya jadi apa? Ano pun mengetik “public relation digital officer” diakhiri dengan emoticon kuku cantik.
Tiba-tiba sebuah video call masuk dan tanpa pikir panjang langsung mengangkat. “Ano darling kemana aja kamu?”
Ano langsung memberikan pandangan sinis. “Tidak lihat kalau aku sedang sibuk?” tanyanya.
Kedua mata teman Ano memicing saat melihat handuk. “Tunggu! Kamu dimana itu? Kok di rumah?”
“Iya, baru bangun tidur, terus ada notif kalau aku baru saja keterima jadi seorang public relation digital officer tidak lupa self-reward dengan pizza,” jelas Ano sambil menunjuk kotak pizza yang sekarang isinya tinggal setengah, “dan tentunya mengupdate sikon di group biar kalian semua tidak gibah terus tentang seorang Rosano Rosmayanti mahasiswi FISIP ILKOM yang lulus terakhir dan tidak ada kabarnya selama ini karena malu masih nganggur.”
“Hahahahaha. …. kita tidak sejahat itu Ano. Tadinya, kita pikir kamu sudah tertular kalau tidak meninggal yah sedang diisolasi.”
Ano langsung menyentil layar handphone. “Kalian semua memang teman dajal! Bisa-bisa kalian semua lulus duluan dengan judul skripsi murahan seperti itu,” geramnya.
“Hello, manusia di muka bumi sudah seiprit. Kamu malah sok idealis angkat judul hubungan sebab-akibat yang butuh cari responden sana sini.”
Ano teringat kebodohan dirinya yang kekeuh ingin lulus dengan tema skripsi sebab-akibat, sok idialis yang berujung nestapa molor lulus sampai setahun bahkan, saking desperatenya sampai memaksa Devi mencari responden gaib.