Love In The Time Of Pandemic

waliyadi
Chapter #11

Bab 11

Pak Divo berdiri dengan cowok-cowok lain di tengah lapangan, dia paling mencolok karena tingginya ketimbang cowok-cowok lain. Ano mengenali beberapa di antaranya selain Pak Divo, berasal dari perusahaannya sementara sisanya dari perusahaan lain yang juga berkantor di Millennium Centennial Center.  

“Sepertinya pertandingan futsal kali ini akan menjadi sangat menarik,” kata Ano sembari melihat perempuan-perempuan lain yang terus saja heboh, bisa melihat Pak Divo secara langsung. 

Sementara itu Tanti malah sibuk dengan handphonenya, terlihat seperti mencari-cari sesuatu.  

“Kamu lagi apa Tan?” heran Ano.

“Aku mencoba memastikan dapat memo dari Board Of Director kalau Pak Divo main futsal hari ini,” balasnya tanpa melihat Ano. “Biasanya semua kegiatan ke ruang publik, pasti ada memo pemberitahuan dahulu.”

Spontan Ano pun melirik ke lapangan, melihat Pak Divo berdiri dengan gagah dan berpikir cowok seperti Pak Divo kenapa harus selalu dijaga? Memang apa yang ditakutkan sampai main futsal pun harus ada memo resmi dari BOD. Apakah jadi salah satu cowok ganteng dan tajir sebegitu berharganya?

Suara peluit mengambil perhatian semua orang, ketika kedua tim sudah bersalam-salaman. Lima orang pemain inti mengambil posisi masing-masing. Sebenarnya Ano kurang mengerti futsal tapi, ia tahu Pak Ano adalah seorang striker sebab, posisinya berada di tengah. Bola pertama ditendang tim lawan dan seseorang dari tim Millennium Centennial Center berhasil mengecoh dan mengoper pada Pak Divo. Kaki jenjangnya memberinya keuntungan untuk bisa menendang jauh masuk ke area gawang lawan dan dibantu oleh seorang cowok dari tim Millennium Centennial Center, bola itu berhasil menembus gawang lawan.

Selama pertandingan, tidak jelas para penonton perempuan ini memihak tim mana? Sebab, setiap kali ada gol, semua perempuan ini langsung bersorak tanpa peduli dari tim mana namun, sorakan yang paling riuh adalah setiap kali Pak Divo membawa bola. Sementara Ano hanya diam mengamati semua perempuan yang berteriak-teriak tidak karuan. Jika awalnya ia merasa insecure berada di pertandingan futsal ini maka, sekarang Ano merasa amat bersyukur datang ke sini. Sudah lama rasanya tidak berada dikeramaian, sudah lama tidak melihat orang sebanyak ini dan sudah lama tidak merasa sehidup ini. Semua suara, ekspresi tidak karuan para perempuan, gemerlap lampu membantu Ano untuk melupakan rasa kesepiannya dan tanpa sadar, ia pun tersenyum melihat semua hal yang terjadi di lapangan futsal.

Setelah lima belas menit, semua perempuan langsung sibuk mengeluarkan sesuatu dari tas mereka, tidak terkecuali Tanti. Ano langsung kebingungan saat break kedua tim, perempuan-perempuan ini seperti grasak-grusuk. Tiba-tiba saja Tanti langsung menyemprotkan sesuatu yang aromanya dikenal. “Buat apa pheromone block ini?”

“Sebentar lagi kau akan tahu,” kata Tanti yang kemudian menyemprotkan pada dirinya. 

Ternyata semua perempuan di lapangan futsal ini, sibuk menyemprotkan pheromone block. Sampai-sampai aromanya memenuhi rooftop bahkan, beberapa menyemprotkan pada setiap jengkal tubuh mereka. Saat break semua pemain beristirahat untuk minum dan berganti jersey yang sudah basah kuyup oleh keringat, semua pemain melempar jersey ke box dan mengambil yang baru sementara yang lain, bertelanjang dada untuk mendinginkan tubuh.

“Ini surga,” ucap Ano saat melihat Pak Divo termasuk salah satu yang bertelanjang dada, sedang duduk sambil minum air.

“Kalau masih kurang pheromone blocknya bilang! Aku tidak mau kelewatan melihat ini karena harus mengurusmu,” tegas Tanti. 

Semua perempuan di rooftop kembali hening menikmati pemandangan di lapangan, banyak juga yang fokus untuk mengabadikan cowok-cowok berkeringat tersebut. Salah satu cowok yang tanpa jersey langsung tiduran terlentang di lapangan, sontak beberapa perempuan di dekatnya langsung pingsan. 

Pak Divo yang sedang duduk untuk mendinginkan tubuh, melihat Ano dan mendatanginya. “Kamu di sini sama siapa?”

Mata Ano terus saja memperhatikan setiap inci tubuh di hadapannya. Tubuh itu masih meneteskan keringat dan aroma tubuh Pak Divo langsung membuyarkan pikiran Ano. Begitu dekat sampai hawa panas Pak Divo terasa dan semua di sekeliling seperti berhenti. Untungnya sebuah genggaman erat dari Tanti segera menyadarkan. “Sama HRD,” jawab Ano dengan grogi .

Pak Divo melihat Tanti dan memberinya senyum. “Kalau begitu pastikan Ano jangan sampai pingsan yah? Saya butuh dia besok untuk beresin campaign.”

“Ba….baik Pak,” timpal Ano sambil mengangguk kemudian melihat wajah beku Ano.

 Pak Divo pun berbalik dan kembali menuju timnya namun, sebelumnya ia memberi Ano sebuah senyuman. Itu membuat seluruh perempuan di rooftop terkejut! Mereka mulai saling berbisik, mencari tahu siapa perempuan yang duduk di kursi bawah tesebut? Perempuan yang didatangi oleh Divo Putra Perdana dan diberikan senyuman.

Pertandingan dimenangkan oleh tim Millennium Centennial Center, sekarang semua perempuan berebut untuk turun ke lapangan dan berusaha mendekati cowok-cowok. Tanti segera pergi untuk mencari cowok yang sudah lama diincarnya dan begitu pun semua perempuan, mereka sibuk bersaing untuk mendapatkan perhatian cowok-cowok pemain futsal ini. 

Lihat selengkapnya