Love In The Time Of Pandemic

waliyadi
Chapter #12

Bab 12

Ano membiarkan matahari pagi perlahan merayapi wajahnya dari jendela, sudah tiga puluh menit ia menatap ke luar. Mengamati setiap lampu jalanan yang mati, setiap rumah yang tak berpenghuni dan setiap ruas jalan yang kosong. Untuk pertama kalinya ia terbangun dengan sebuah perasaan dan itu bukan kesepian, ada gejolak rasa di dada yang menambah hangat tubuh. Si Kucing melingkar di kaki Ano, mengalihkan ritual lamunannya. 

“Apakah yang tadi malam bukan mimpi?” tanya Ano dan si Kucing membalas dengan menguap malas. “Dia bilang aku cantik!” spontan si Kucing melotot dan memberikan ekspresi terkejut. “Iya, aku juga kaget sampai susah tidur semalaman,” sambil membelai si Kucing yang sekarang memanjangkan tubuhnya berharap Ano mengelus perutnya juga. “Aku lebih baik bersiap-siap dari pada telat.” 

Mulai dari mandi sampai bersiap pakai baju, pikirannya tidak pernah lepas untuk bisa mendecode kejadian tadi malam bersama Pak Divo. Sampai-sampai lupa untuk menyisir rambut dan baru sadar saar melihat pantulan di kaca kereta. Cepat-cepat Ano masuk lalu duduk dan merapikan rambut dengan jarinya, ia pun membuka jendela agar angin bisa cepat mengeringkan rambut. Pagi itu seperti pagi lainnya di dalam kereta, tidak ada satupun manusia, sehingga ia bisa leluasa mengkibas-kibaskan rambut. 

Suara notif mail chat terdengat dari smartTab di dalam tas, cepat-cepat Ano membacanya. Sebuah chat dari Pak Divo yang menginginkan internal meeting di dalam ruangannya. Hati Ano langsung kembali berdebar-debar, ia berusaha mengambil napas panjang untuk menjernihkan pikiran. “List KOL!” sahutnya sambil menepuk jidat. Teringat ia harus memberikan list KOL sementara, pikirannya malah sibuk saja mendramatisir futsal kemarin. Cepat-cepat Ano membuka browser dan mulai riset mengenai orang-orang yang mampu membawa opini dan dipercaya orang banyak. Sepanjang perjalan menuju kantor mata terus tertuju pada smartTab.

***

Begitu tiba di meja kantor, Ano langsung membuka laptop dan memindahkan semua data risetnya mengenai KOL. Berusaha secepat kilat membuat list KOL dengan pivot dan mentransfernya ke PPT sebelum Pak Divo datang. 

“Wow, pagi-pagi sudah sibuk.”

Mata Ano langsung beralih pada seorang perempuan di depan mejanya, “ada yang bisa dibantu?” 

Perempuan itu menaruh cangkir kopi di meja dan menghampiri Ano. “Tidak ada,” jawabnya kemudian, mengamati Ano dengan seksama. “Aku cuma sekadar menyapa saja, kita sudah berapa bulan di sini? Dua atau tiga mungkin tapi, aku sama sekali belum pernah ngobrol sama kamu.”

Mana mungkin perempuan bagian marketing ini, naik ke lantai atas hanya untuk mengobrol dengan dirinya, pikir Ano. “Mungkin karena bagian marketing selalu sibuk cari client di luar.”

Perempuan itu mengangguk dan mengambil cangkir kopi, ia menyesap sedikit lalu bertanya, “gimana rasanya kerja sama Pak Divo?”

“Terus terang karena, aku fresh graduate jadi tidak bisa membandingkan.”

Lihat selengkapnya