Love In The Time Of Pandemic

waliyadi
Chapter #14

Bab 14

Dalam kamar petak rusun ini Ano, mendekap dirinya sembari menatap smarTab. Ia berharap ada mail chat yang bisa membuka percakapan dengan Divo. Sinar matahari perlahan menyusup dari celah gorden, memberi tahu sudah berapa lama ia seperti itu. Ada sesuatu dalam pikiran dan hati yang sama sekali tidak dimengertinya, membuatnya terbangun semalaman menahan matanya untuk menutup. Ano tahu ia harus mencari bantuan tapi, pada siapa? Matanya berputar mengelilingi kamar lalu berhenti di pintu depan. Ia bangkit dan segera pergi keluar, menuju sebuah kamar di depan. 

Mengetuk dengan perlahan dan saat pintu terbuka. “Pagi Mbak Hen, boleh numpang sarapan?”

Wanita itu tersenyum dan mempersilahkan Ano untuk masuk, kemudian sibuk mengambil makanan di dapur. “Kamu suka ikan Ano? Mbak ada sisa tongkol balado semalam.”

“Boleh Mbak,” balas Ano kemudian sepiring, tongkol balado dan nasi dibawakan tepat hadapannya. Tanpa pikir panjangan Ano langsung melahapnya.

Mbak Henni memperhatikan ada yang salah. “Kamu tidak tidur Ano? Matamu sepertinya berat sekali?”

“Maklum Mbak, tuntuan pekerjaan di perusahaan besar,” jawab Ano dengan mulut penuh tongkol.

“Memangnya kamu sekarang bekerja dimana?”

“Sebuah perusahaan media terkemuka di Sudirman,” dengan nada bangga.

Mendengar hal tersebut, membuat Mbak Henni melirik smartTV yang tengah menampilkan split screen berita dan aplikasi e-commerce. “Memangnya perusahaan kamu lagi sibuk apa di silent time seperti ini?”

Ano menelan dan mengambil segelas air untuk melonggarkan tenggorokan. “Jadi, akukan masuk di divisi digital marketing tapi untuk public relation dan tahun ini, mau bikin campaign supaya orang-orang kembali ingat sama First News.”

Mbak Henni mengangguk dan matanya terus saja menatap aplikasi e-commerce di smartTV. Ia kini sibuk memilah-milih belanjaan untuk hari ini. “Mbak nonton berita terus tapi, tidak pernah ingat media mana yang ditonton.”

“Makanya Mbak Henni, sekarang itu orang-orang to the point banget sampai-sampai semua brand susah dapat awareness. Semua orang nonton tapi, tidak ingat media mana, semua orang beli produknya tapi, tidak ingat namanya brandnya.”

“Benar juga, ini Mbak beli cuma ingat produknya nama brandnya sama sekali tidak tahu.” Jarinya nampak sibuk memasukan berbagai produk ke shopping chart. “Mau bagaimana? Kita semua sibuk untuk beradaptasi jadi, melupakan hal-hal kecil seperti nama brand.”

“Ngomong-ngomong soal adaptasi, Mbak Henni pernah kangen sama suami?”

Pertanyaan itu langsung mengalihkan perhatian Mbak Henni ke Ano. “Selalu Ano, setiap hari Mbak kangen sama dia.”   

“Sudah berapa lama Mbak menikah?”

Mbak Henni berpikir sejenak, mencoba mengingat. “Kira-kira 25 tahunlah.” Kemudian memicingkan mata pada Ano, “tumben kamu tanya soal suami?”

Lihat selengkapnya