“Kenapa kita tidak masuk ke dalam?” tanya Divo sebab, sedari tadi mereka hanya diam di depan sebuah restauran dimsum.
Ano menunjukan waktu di handphoenya. “Tunggu sebentar lagi jam 9 malam.”
Divo langsung memicingkan mata pada Ano. “Memangnya kenapa kalau jam 9 malam?”
Tiba-tiba seorang karyawan keluar. “Silahkan,” ucapnya sambil menawarkan makanan yang berada dalam box.
Ano langsung mengambil dua buah paket dimsum dan sebuah kotak yakiniku, kemudian memberikannya pada Divo. Ia pun kembali mengambil dua gelas ocha, “terima kasih kak.” Dan pegawai restauran itu membalas dengan anggukan dan senyum lalu kembali masuk. Ano kemudian duduk di trotoar depan restauran. “Sini,” mengajak Divo untuk duduk di sampingnya.
Divo duduk di samping Ano sembari menaruh makanan di pangkuannya. “Memangnya kamu sudah reservasi?”
Ano mengambil satu paket dimsum dan membukanya. “Sama sekali tidak! Pasti kamu tak tahu kalau semua restauran setelah gelombang kedua, akan membagikan makanan mereka secara cuma-cuma sebelum tutup.”
“Kau tahu aku bisa saja membeli restauran ini, dari pada menunggu gratis.”
Ano melirik Divo. “Aku tahu kamu bisa beli apapun tapi, kamu sedang berada di Depok! Daerah kekuasaanku dan aku ingin memberimu memori makan malam khas orang Depok.” Membagi dimsunnya dengan Divo, tidak lupa menuangkan saus untuk masing-masing. “Orang Depok kalau makan malam seperti ini, kita biasanya keluyuran sampai malam untuk cari restauran yang masih beroperasi.”
“Jadi orang Depok setiap malam seperti ini?” heran Divo dengan melihat Ano yang amat cekatan mengatur dimsum sebagai makan malam mereka.
“Tidak semua sih, cuma aku dan teman-temanku biasanya kalau kepepet ingin makan malam seperti ini,” jelas Ano.
Berdua duduk di trotoar menikmati makam malam dengan dimsum, sesekali Divo memperhatikan bagaimana Ano menikmati setiap gigitan dimsum. Makan dengan sebegitu bebasnya, ia terlihat sebegitu menikmati setiap gigitan. Bagaimana sesuatu yang sangat sederhana seperti ini, bisa terasa sangat berarti? Ada sesuatu yang tidak pernah dirasakan Divo saat bersama Ano, merasa seperti tidak ingin malam ini cepat berakhir.
Setelah dua kotak dimsum dan satu paket yakiniku habis, Divo menawarkan untuk terus menikmati malam ini namun, Ano merasa sudah terlalu malam dan ia ingin pulang. Akhirnya, Divo pun menghantarkan Ano pulang menuju rusun.
***
“Jadi kamu tinggal di sini?” tanya Divo memperhatikan bangunan rusun tempat tinggal Ano.
“Iya, ini rusun bantuan pemerintah untuk masyarakat berdampak gelombang kedua. Memang tidak seperti suitemu di Thamrin Nine,” tandas Ano saat melihat mimik penuh heran Divo. “Terima kasih untuk malam ini dan sampai jumpa besok di kantor Pak Divo.”